sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Konservatisme agama milenial lebih tinggi dibandingkan generasi tua

Media sosial memiliki peran yang startegis dalam transimisi nilai-nilai keagamaan terutama bagi generasi muda, milenial dan Generasi Z.

Natasya Maulidiawati
Natasya Maulidiawati Rabu, 08 Des 2021 13:45 WIB
Konservatisme agama milenial lebih tinggi dibandingkan generasi tua

PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui Media and Religious Trend in Indonesia (MERIT Indonesia) menemukan, mesikpun religiusitas generasi muda baik milenial maupun Generasi Z, lebih rendah dibandingkan generasi yang lebih tua atau generasi lain seperti Generasi X dan Generasi Silent/Boomer, tetapi tingkat konservatisme generasi muda terutama milenial cenderung lebih tinggi dibandingkan generasi yang lebih tua.

“Tingginya konservatisme ini mempresentasikan juga transimisi konservatisme antargenerasi,” kata Koordinator Survei Nasional Media and Religious Trend in Indonesia (MERIT Indonesia) Afrimadona, dalam Launcing Hasil Penelitian Beragama Ala Anak Muda, Rabu (8/12).

Afri menuturkan, Generasi Milenial dan Generasi Z merupakan generasi yang memiliki aktivitas digital tinggi terkait dengan isu keagamaan. Hal ini membuat mereka rentan terhadap narasi konservatisme di media sosial.

“Media sosial memiliki peran yang startegis dalam transimisi nilai-nilai keagamaan terutama bagi generasi muda, milenial dan Generasi Z,” tambahnya.

Keterpaparan individu terhadap media-media konservatif Islam berasosiasi positif dengan tingginya tingkat konservatisme individu. Sebaliknya, individu yang sering terpapar media-media yang moderat dalam jangka panjang cenderung memiliki tingkat konservatisme yang rendah.

Afri juga menyebutkan, media sosial memfasilitasi pembentukan konservatisme tetapi tidak mempercepat, kerena media sosial tidak sepenuhnya menggantikan interaksi atau komunikasi langsung secara offline.

“Mereka-mereka yang sudah memiliki ideologis tertentu cenderung mengonsumsi media yang memang sesuai atau selaras dengan cara pandang mereka dan kemudian mempertebal sikap yang sudah ada,” ujarnya.

Kemudian, seseorang konservatif akan lebih konservatif jika terekspos ke media konservatif dan seorang yang moderat/liberal akan lebih moderat/liberal jika terekspos dengan pesan/media moderat/liberal.

Sponsored

Lebih lanjut, Afri merekomendasikan negara dan kelompok masyarakat sipil dan pihak terkait harus lebih memperhatikan media. Pasalnya, media masih memainkan peran penting dalam membentuk sikap keberagamaan seseorang.

“Pengarustamaan pesan-pesan atau konten-konten yang lebih moderat diperlukan untuk menekan kecenderungan konservatisme,” tambahnya.

Di tingkat negara, lanjut Afri, Kementerian Agama dengan penyuluhan agamannya, organisasi masyarakat islam (NU, Muhammadiyah, MUI) juga perlu untuk turut berpartisipasi dalam mempoulerkan pesan moderasi beragama di media sosial, radio ataupun podcast.

Afri mengingatkan penting juga untuk mempertimbangkan beberapa intervensi praktis menghadirkan narasi keagamaan moderat di media sosial. Dengan kemasan yang lebih populer agar mudah diterima oleh semua kalangan terutama Generasi Millenial dan Generasi Z.

“Konten generasi beragama juga harus semakin ditingkatkan kehadirannya di berbagai media,”

Terakhir, Afri mengatakan pengarustamaan moderasi beragama harus dilakukan secara berkesinambungan baik melalui media dengan aktivitas online dan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara offline.

Berita Lainnya
×
tekid