sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kurangi sampah, pemerintah dorong penggunaan plastik hayati

Sampah plastik dapat dikurangi dengan tiga cara yakni minimalisir penggunaan, ganti material yang mudah terurai dan daur ulang sampah.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Senin, 25 Jun 2018 13:26 WIB
Kurangi sampah, pemerintah dorong penggunaan plastik hayati

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pembangunan (United Nations Development Programme/UNDP) memperkirakan terdapat 13 juta ton sampah plastik terbuang ke lautan. Sampah tersebut dipastikan berdampak mengganggu lingkungan hidup di seluruh dunia setiap tahunnya.

Maka dari itu, Kementerian Perindustrian dan UNDP mengajak agar penanganan sampah plastik bisa dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur mengungkapkan sampah plastik dapat dilakukan dengan tiga cara. 

Pertama, meminimalisir penggunaan produk berbahan plastik sekali pakai. Kedua, mengganti penggunaan plastik dengan material alternatif yang lebih mudah terurai. Ketiga, melakukan daur ulang sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi.

“Untuk mengurangi sampah kantong plastik, sebenarnya penggunaan plastik urai hayati atau biodegradable plastik bisa menjadi salah satu solusi. Memang belum popular di kalangan non retail, karena harganya dianggap masih relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan plastik konvensional,” terang Ngakan pada Senin (25/6).

Kendati demikian, lanjut Ngakan, tidak hanya teknologi biodegradable plastik saja yang menjanjikan perubahan pola konsumsi plastik di masyarakat tapi juga kemasan siap makan (edible coating) mulai berkembang digunakan. Kemasan tersebut sifat materialnya seperti plastik dan berfungsi seperti plastik yang lazim digunakan pada industri makanan

Bahan edible coating ini biasanya dari material nabati seperti tapioka yang dipastikan lebih ramah lingkungan, dan tentunya bisa dimakan (edible). Ngakan meyakini akan lebih banyak teknologi di masa depan yang dapat membantu memecahkan masalah plastik. 

Hanya saja, memasukkan plastik ke dalam circular economy merupakan salah satu solusi tercepat saat ini. Contoh sederhana peran masyarakat dalam circular economy tersebut adalah dengan membawa kemasan sisa produk atau produk yang tidak terpakai ke dalam collecting point

Kurangi sedotan plastik

Sponsored

Saat ini sudah ada yang memulai untuk mengurangi plastik. Misalnya, salah satu merek kosmetika ternama bahkan memberikan reward berupa poin kepada konsumen yang mengembalikan kemasan kosmetik bekas pakai. 

Poin tersebut bisa ditukarkan dalam rupiah yang bisa dibelanjakan kembali untuk produk-produk dari merek tersebut. Inisiasi lainnya adalah pengurangan sedotan plastik yang sedang digalakkan franchise restoran cepat saji terkenal di Indonesia. 

Gerakan tersebut malah menciptakan peluang baru, yakni pembuatan sedotan yang bisa dipakai berkali-kali, yang ternyata juga melahirkan kreativitas. Saat ini yang sudah tersedia adalah sedotan berbahan logam atau bambu dengan desain yang unik. 

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, pihaknya berkomitmen mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satunya melalui produsen biodegradable plastik untuk meningkatkan produksinya. 

“Kalau bisa, dalam waktu dua tahun ini, produknya sepuluh kali lipat makin banyak. Jadi, tidak hanya menggantikan untuk shopping bag tetapi juga packaging secara keseluruhan, dan tidak hanya di pasar modern tetapi juga tradisional,” tuturnya.

Untuk itu, Kemenperin memacu peningkatan produksi biodegradable plastik hingga 5% dari jumlah kapasitas nasional saat ini sebesar 200.000 ton per tahun untuk menggantikan plastik konvensional yang tidak ramah lingkungan. Konsumsi plastik di Indonesia mencapai lima juta ton per tahun, dan baru 50% yang bisa dipenuhi dari industri dalam negeri. 

Berita Lainnya
×
tekid