sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Nasib Vaksin Merah Putih usai Lembaga Eijkman dibubarkan

Pakar berharap pembubaran Eijkman tidak benar-benar dilakukan.

Anisatul Umah
Anisatul Umah Senin, 03 Jan 2022 10:43 WIB
Nasib Vaksin Merah Putih usai Lembaga Eijkman dibubarkan

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Satryo Soemantri Brodjonegoro tidak sepakat dengan pembubaran Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman seperti yang dilakukan pemerintah saat ini. Ia juga tidak setuju meleburkan lembaga yang berjasa dalam pengembangan ilmu biologi itu ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Menurut Satryo, pembubaran atau peleburan itu akan berdampak ke riset Vaksin Merah Putih. Jika pun dibubarkan dan dileburkan ke BRIN, menurut dia, Vaksin Merah Putih harus tetap berjalan di bawah kendali Lembaga Eijkman.

"Harusnya Vaksin Merah Putih jalan terus oleh Lembaga Eijkman. Pasti terdampak (dengan pembubaran), makanya LBM Eijkman jangan dibubarkan/dilebur," kata Satryo kepada Alinea.id, Senin, (03/01).

Idealnya, kata Satryo, penelitian dilakukan oleh lembaga riset yang independen. Dia kembali menegaskan agar Eijkman jangan dibubarkan. "Menurut saya sebaiknya jangan dibubarkan dan jangan dilebur. Idealnya penelitian dilakukan oleh lembaga riset yang independen," katanya.

Pembubaran dan Nasib Saintis

Pembubaran LBM Eijkman yang kemudian dilebur ke BRIN ini disampaikan oleh jurnalis Ahmad Arif melalui akun twitternya @aik_arif. Dia adalah salah satu wartawan yang pernah menulis soal LBM Eijkman.

Dia menyebut, ada sekitar 120 saintis dan support staff kehilangan pekerjaan dalam sehari gegara birokrasi. "Ini kehilangan besar bagi ilmu pengetahuan di Indonesia. 4 tahun pernah menulis soal Eijkman, tak menyangka akhirnya lebih tragis," twit Arif, Sabtu (1/01).

Dari sekitar 160 staf termasuk saintisnya, tulis dia, hanya 40 yang berstatus PNS yang nantinya akan diterima BRIN. Sisanya akan diberhentikan, tanpa pesangon karena dianggap 'pegawai kontrak ilegal'.

Sponsored

Ahmad Arif menyampaikan rasa belasungkawanya atas hal ini. Menurutnya banyak dari mereka yang diberhentikan adalah yang sudah bertahun-tahun kerja di Eijkman.

"Saya kenal dan pernah ke lapangan bareng. Mereka orang-orang hebat, banyak di antaranya lulusan kampus terbaik, dalam dan luar negeri di bidang yang dibutuhkan: biologi molekuler dan kedokteran," kenangnya.

Nasib Vaksin Merah Putih

Penyesalan juga disampaikan oleh anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto. Menurut politikus PKS ini, pembubaran Eijkman bisa berdampak pada molornya Vaksin Merah Putih. Dia meminta agar pemerintah tidak gegabah dan memikirkan ini secara seksama.

Dia mewanti-wanti agar jangan sampai pembubaran Eijkman malah mengganggu program strategisnya, seperti riset Vaksin Merah Putih. Jika terganggu, pengembangan vaksin Covid-19 itu bisa mandek atau terbengkalai.

"Dengan diberhentikannya para saintis yang mencapai 100 orang lebih serta dipindahkannya laboratorium LBM Eijkman jauh dari RSCM/FKUI, tentu menimbulkan kekhawatiran kita soal kelanjutan riset Vaksin Merah Putih yang dimotori LBM Eijkman bersama BUMN Bio Farma," papar Mulyanto kepada Alinea.id, Minggu (02/01).

Menurutnya, tidak mudah mencari pengganti para saintis ini dalam waktu singkat. Begitu pula posisi laboratorium yang strategis dekat dengan rumah sakit dan fakultas kedokteran, sehingga akses kepada sampel, bahan, alat, dan SDM medis sangat mudah. "Ini akan membuat jadwal produksi Vaksin Merah Putih Eijkman semakin molor," kata Mulyanto mengkhawatirkan.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VII dengan Konsorsium Riset Covid-19 terungkap bahwa riset Vaksin Merah Putih yang dimotori LBM Eijkman mundur dari jadwal semula. Ini terjadi karena Bio Farma tidak siap memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan mamalia. 

Bio Farma, kata Mulyanto, hanya siap kalau vaksin yang dikembangkan berbasis protein rekombinan ragi (yeast). "Ditambah lagi dari hasil kunjungan kerja Komisi VII ke Bio Farma juga diketahui bahwa seed vaksin yang disiapkan LBM Eijkman belum optimal untuk dikultivasi dan dimurnikan, sehingga perlu diteliti ulang oleh LBM Eijkman," kata Mulyanto.

Pemerintah melalui Konsorsium Riset Covid-19 mengembangkan 11 platform riset Vaksin Merah Putih. Riset dijalankan oleh enam lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM.  

"Yang tercepat, LBM Eijkman bekerjasama dengan BUMN Bio Farma sebelumnya menjadwalkan perolehan izin BPOM dan produksi massal semester pertama tahun 2022," tutur Mulyanto. 

Mulyanto memastikan, dengan perubahan kelembagaan LBM Eijkman seperti sekarang ini, bisa dipastikan pengembangan Vaksin Merah Putih menjadi kian tidak menentu nasibnya. Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah harus segera menjelaskan duduk perkara soal ini kepada publik.  

"Agar harapan publik terhadap produksi vaksin Merah Putih dari LBM Eijkman ini tidak sekadar menjadi pepesan kosong," tegas Mulyanto.

Berita Lainnya
×
tekid