Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemi Francis, mengimbau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan secara rinci penggunaan anggaran yang dialokasikan untuk pemeliharaan alat deteksi dini tsunami atau deep-ocean tsunami detection buoy, di sejumlah daerah. Dia menilai, penjelasan yang diberikan BMKG sejauh ini kurang memuaskan.
"Kepala BMKG tidak mampu menjelaskan pengalokasian anggaran, khususnya pemeliharaan insrumen deteksi dini tsunami dan instrumen lainnya, juga berkaitan anggaran yang diberikan untuk BMKG yang terus mengalami penurunan," kata Fary Djemi dalam pernyataannya, Rabu (3/10).
Dia juga mempertanyakan kinerja buoy yang diduga tidak berfungsi saat gempa yang memicu tsunami, terjadi di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah.
Menurut dia, buoy yang tidak berfungsi tidak cuma terjadi saat gempa Donggala-Palu lalu. Dalam beberapa kali gempa, buoy tersebut juga diketahui tidak berfungsi.
Kondisi tersebut, kata Fary, seharusnya membuat BMKG melakukan evaluasi. Namun dia menilai sejauh ini BMKG tidak melakukan langkah signifikan untuk itu.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, Indonesia memiliki 22 buoy yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua.
Dari jumlah itu, Indonesia memiliki 9 unit buoy. 10 unit lainnya merupakan milik Jerman, satu unit Malaysia, dan dua unit milik Amerika Serikat.
Hanya saja, Sutopo mengatakan tak satupun alat tersebut yang masih dapat berfungsi. Hal ini menjadi ironis, karena Indonesia berada pada posisi rawan tsunami.
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan agar buoy yang rusak dapat diperbaiki. Menurutnya alat tersebut sangat dibutuhkan untuk meminimalisasi jumlah korban.
Karenanya Presiden juga memerintahkan agar alat tersebut dijaga dan diawasi dengan baik. Selain oleh aparat, masyarakat juga perlu menjalankan peran tersebut.
"Agar alat-alat seperti itu tidak dirusak atau tidak diambil karena alat ini sangat berguna sekali. Saya perintahkan agar alat ini diperbaiki, kemudian diawasi dan dijaga, karena itu alat yang sangat penting dalam mendeteksi kejadian yang akan terjadi," kata Jokowi. (Ant)