sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Uskup Agung Katedral minta agama tak digunakan untuk politik

"Demokrasi yang khidmat bukan instrumentalisasi agama, agama digunakan politik tidak bagus."

Rakhmad Hidayatulloh Permana
Rakhmad Hidayatulloh Permana Selasa, 25 Des 2018 13:20 WIB
Uskup Agung Katedral minta agama tak digunakan untuk politik

Uskup Katedral Jakarta, Monsignor Ignatius Suharyo mengimbau agar masyarakat, khususnya umat Kristiani agar tak terprovokasi dengan isu pemilu 2019 yang memanfaatkan instrumen agama. 

"Imbauan gereja sama dengan imbauan pemimpin negara kita, demokrasi yang khidmat bukan instrumentalisasi agama, agama digunakan politik tidak bagus yah," kata dia, dalam konferensi pers Misa Natal 2019 di Gereja Katedral Jakarta, Selasa (25/12).

Dia pun menjelaskan, memanfaatkan agama demi kepentingan politik belaka sama saja dengan mencemari demokrasi. Sebab, menurutnya, demokrasi di Indonesia bukan sekadar prosedural belaka. 

"Pesta demokrasi tidak sekedar demokrasi prosedural, tapi demokrasi yang memperjuangkan nilai-nilai demokrasi," katanya. 

Selain itu, dia pun menyayangkan sejumlah hasil laporan penelitian yang menunjukkan meningkatnya tingkat intoleransi di Indonesia. Gambaran tersebut, lanjut dia, terlihat jelas dari kondisi masyarakat yang sensitif. 

"Pasti yang tampak jelas adalah intoleransi terkait SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan). Saat ini lembaga yang paling direpotkan adalah polisi, karena sekali salah ucap dilaporkan ke polisi. Kalau masyarakat seperti itu sensitifnya, kapan masyarakat bisa tenang?" kata dia. 

Oleh karena itu, dia pun mengimbau agar semua umat terus merawat kebersamaan bangsa ini.

Sebelum konferensi pers, Uskup juga memimpin Misa Natal. Dalam Misa tersebut, Uskup mengingatkan agar umat Kristiani tetap mengamalkan nilai Pancasila. 

Sponsored

"Keuskupan Agung Jakarta sejak tahun 2016 sampai nanti tahun 2020, mengajak seluruh umatnya berpegang pada satu pedoman untuk lima tahun sekurang-kurangnya, pedomannya adalah amalkan pancasila," ujarnya.

Ajakan untuk mengamalkan Pancasila disebut relevan dengan tema Natal tahun ini yang bertajuk "Yesus Kristus Hikmat bagi kita". Kata hikmat itu sendiri persis tercermin dalam nilai sila keempat Pancasila. 

"Ingin mendalami sila keempat dan di situ ada hikmat," sambungnya. 

Selain itu, lanjut dia, ajakan pengamalan Pancasila sila keempat ini juga merupakan respons atas fenomena degradasi moral yang akhir-akhir ini menjangkiti Indonesia. Dia mencontohkannya dengan maraknya tindak korupsi yang dilakukan oleh para pemimpin daerah. 

Lebih lanjut dia menjelaskan, nantinya nilai ini akan dipaparkan lagi dalam gagasan dan tuntunan perilaku konkret yang mesti dilaksanakan oleh umat Kristiani. Kehikmatan suatu bangsa dinilai berbanding lurus dengan nilai martabat suatu bangsa. 

"Rumusannya adalah kita berhikmat, bangsa bermartabat," katanya. 

Selain itu, Uskup Ignatius pun tak lupa untuk mengingatkan para umat Kristiani untuk bersimpati pada para korban bencana tsunami yang melanda Banten dan Lampung, pada Sabtu (22/12) petang.

Berita Lainnya
×
tekid