close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga penerima manfaat zakat dari lembaga Baitul Mal Kota Banda Aceh menghitung dan memperlihatkan uang yang baru diterima di Desa Cot Masjid, Banda Aceh, Aceh, Senin (20/4). Foto Antara/Irwansyah Putra/hp.
icon caption
Warga penerima manfaat zakat dari lembaga Baitul Mal Kota Banda Aceh menghitung dan memperlihatkan uang yang baru diterima di Desa Cot Masjid, Banda Aceh, Aceh, Senin (20/4). Foto Antara/Irwansyah Putra/hp.
Nasional
Sabtu, 09 Mei 2020 20:22

Warga Kabupaten Serang belum dapat bantuan Covid-19

Maiyah mengaku belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.
swipe

Satu keluarga miskin di Kabupaten Serang, Banten tidak tersentuh bantuan. Meskipun, pemerintah telah menganggarkan bantuan jaring pengaman sosial (JPS) terhadap masyarakat terdampak pandemi Covid-19. 

Namun, keluarga Maiyah (30) dan Herman Felani (35), yang memiliki putri Noviyanti (11), dalam kondisi lumpuh sejak usia 4 bulan tidak mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.

Maiyah bercerita, suaminya bekerja sebagai petugas keamanan di daerah Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Gajinya, hanya Rp3 juta perbulan yang digunakan untuk memenuhi kehidupan keluarganya. 

Saat pandemi Covid-19, keluarga tersebut mengaku, belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah, baik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang maupun Pemprov Banten.

"Enggak ada bantuan dari pemerintah, ada geh (juga) tahun 2012, dapet bantuan Rp2 juta. Katanya, setahun satu kali, cuma sekali itu dapat bantuannya. Belum ada yang ngasih bantuan, PKH, Jamsosratu, enggak ada bantuan, baru ini dapat bantuan," kata Maiyah, ditemui di rumahnya, Sabtu (9/5).

Putri pertamanya, Noviyanti (11), menderita kelumpuhan sejak usianya 4 bulan. Sang istri bercerita, bahwa putrinya ketika berusia empat bulan mengalami kejang-kejang dan sempat dirawat selama empat hari di RSUD Serang. Usai itu, anaknya menjadi lumpuh hingga kini.

Rumahnya yang berlokasi di RT 04, RW 01, Kampung Kramat Tegal, Desa Kramatwatu, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten masih menumpang di tanah milik negara. Bangunannya, pun, seadanya, lantainya masih dari semen. Sedangkan, dindingnya dari triplek yang dicat, atap rumahnya dari asbes.

"Tanahnya punya negara, cuma ngebangun materialnya aja. Kalau digusur enggak tahu tinggal di mana lagi, kalau dulu ngontrak," bebernya.

Jangankan untuk biaya pengobatan puterinya, untuk makan sehari-hari, Maiyah terpaksa berhutang dulu ke warung. Kemudian, saat suaminya gajian, maka dibayar hutang tersebut. Namun pendapatannya harus dibagi untuk ongkos kerja sang suami yang jauh dari rumah.

"Untuk makan ngambil dan kebutuhan sehari-hari ngambil dulu di warung, nanti gajian baru bayar," tandasnya, melas.

img
Khaerul Anwar
Reporter
img
Achmad Rizki
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan