sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Angel di Maria, Malaikat Tanpa Sayap Argentina

Angel di Maria adalah inspirator kemenangan Argentina.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Selasa, 20 Des 2022 15:00 WIB
Angel di Maria, Malaikat Tanpa Sayap Argentina

Lionel Messi meninggalkan panggung Piala Dunia untuk terakhir kalinya dengan cara yang paling dramatis. Kariernya sempurna dengan meraih trofi yang ia impikan sejak kecil, yakni Piala Dunia. Tetapi sorotan juga selayaknya diarahkan kepada rekan satu timnya, Angel di Maria. 

Dia adalah inspirator kemenangan Argentina. Perannya sangat signifikan mendongkrak Albiceleste hingga menjadi kampiun di Piala Dunia 2022. Ketika orang terlalu banyak membicarakan ini adalah Piala Dunia terakhir Messi, mereka lupa, bahwa Di Maria, juga kini berusia 34 tahun. Dan kemungkinan besar, ini adalah Piala Dunia terakhirnya juga. 

Seperti Messi, pada 2005, Di Maria menjuarai Piala Dunia U-20, Ia kemudian memenangkan medali emas Olimpiade pada 2008, meraih trofi Copa America pada 2021 dan juga membawa Argentina mengalahkan Italia di Finalissima 2022, dan yang terakhir Ahad lalu, ia mencetak satu gol dan berkontribusi besar pada gol pertama Argentina.

Meski sepi apresiasi di media sepanjang Piala Dunia 2022 bergulir, tapi ribuan orang di Stadion Lusail, tahu Di Maria adalah orang yang pantas mendapat segala bentuk rasa hormat, dan diperlakukan sebagai legenda. 

Dalam perayaan usai pertandingan final, sebagian mereka di tribun  meneriakkan namanya. Di Maria hanya menatap ke arah suporter dan ia tak kuasa menahan haru. Dua tanda jempol ia angkat sebagai ungkapan terima kasih. 

Lihatlah juga bagaimana Messi memeluk Di Maria usai laga. Bintang Argentina yang paling bersinar itu memeluk para pemain dan ofisial Argentina bergantian, namun tidak ada yang sebanding dengan pelukannya terhadap Di Maria. 

Seperti pada gambar-gambar perjalanan keduanya di peristiwa-peristiwa penting, Di Maria mengangkat Messi. Melihat momen itu, suporter di Stadion Lusail langsung bergemuruh. Keduanya berpelukan lama. Setelah saling melepas, mereka bahkan kembali berpelukan.

Messi adalah saksi, Di Maria, entah bagaimana selalu muncul sebagai pahlawan. Pada final Olimpiade 2008, ia mencetak gol tunggal yang membuat Argentina juara. Gol satu-satunya Argentina ketika final Copa America menghadapi Brasil juga lahir dari kaki Di Maria. Dan di Piala Dunia 2022, semua orang sudah tahu apa yang ia berikan. Satu peluang penalti yang dieksekusi sempurna Messi,dan satu gol lain yang sempat membawa Argentina unggul 2-0.

Sponsored

Ahad di Lusail, ia menangis tetapi kali ini, itu tangisan kebahagiaan. Sebuah perjuangan panjang dari bocah Rosario, kampung yang sama dengan Lio Messi. Keduanya pernah melewati final Piala Dunia dan tahu bagaimana rasanya kehilangan trofi yang sudah di depan mata, seperti yang pernah mereka alami ada di Brasil delapan tahun lalu.

Di Piala Dunia 2014, Argentina melaju ke final menghadapi Jerman, namun berakhir kalah. Tidak ada di Maria di sayap Argentina. Ia absen dan hanya bisa duduk di bangku cadangan.

Ketika Messi dan kolega berduka karena mimpi mereka dihancurkan dengan gol semata wayang Mario Gotze, Di Maria terlihat lebih berlapang dada, dan dia lah yang mencoba menghibur teman-temannya usai laga. Saat itu boleh jadi Di Maria sudah puas dengan tangisan, bahkan jauh sebelum pertandingan final itu dimulai. 

Ketika itu ia menderita cedera. Namun, ia bertekad ikut bertarung di final. Ia ingin menggunakan pereda rasa sakit agar bisa tampil. Ia tak peduli, meski setelah itu cederanya lebih parah. Ia hanya memikirkan bagaimana ikut membantu tim meraih trofi Piala Dunia. 

Namun Real Madrid yang ketika itu ingin menjualnya memaksa Argentina untuk mencoret Di Maria dari line-up. Mereka takut aset yang akan dijual itu 'rusak' dan tidak bisa dilepas ke klub peminat.

Itu kisah lama yang membuat di Maria membuatnya frustrasi. Tetapi kini ia mungkin tidak ingin melupakan kenangan 2014 itu, karena setelah ini, kenangan itu justru membuat kesuksesan di Piala Dunia 2022, ini menjadi semakin manis   dinikmati. 

Seperti sebuah peraturan tidak tertulis, Argentina selalu bertabur pemain bintang, namun trofi Piala Dunia, adalah syarat menjadi legenda di Negeri Tango itu.  Mario Kempes, Maradona, Nerry Pumpido, Jorge Valdano, Daniel Passarella, Jorge Burruchaga, Sergio Batista adalah nama-nama yang masih dikenang hingga saat ini karena trofi Piala Dunia. 

Seperti legenda Argentina itu, Di Maria pun tidak diragukan lagi pantas sejajar dengan nama-nama besar itu. 

Berita Lainnya
×
tekid