sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

7 Kritik pedas Prabowo Subianto dalam pidato kebangsaan

"Inilah keadaan dan kondisi yang saya sebut kejanggalan besar, paradoks Indonesia. Negara kaya, rakyatnya masih banyak yang miskin."

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Selasa, 15 Jan 2019 06:07 WIB
7 Kritik pedas Prabowo Subianto dalam pidato kebangsaan

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto kembali melontarkan kritik pedas kepada lawan saat pidato kebangsaan 'Indonesia Menang'.

Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memaparkan visi-misi di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Senin (14/1) malam.

Sebelum memaparkan visi-misi, Prabowo kembali melontarkan kritik dan kegelisahan pada kondisi bangsa saat ini. Tentu saja, kritik itu membidik pasangan calon petahana, Jokowi-Ma'ruf Amin.

Prabowo membuka pidatonya dengan mengutip sebuah sajak yang ditemukan di dalam kantong baju milik seorang perwira muda. Dia gugur dalam pertempuran di Banten pada tahun 1946.

"Kita tidak sendirian. Beribu-ribu orang bergantung kepada kita. Rakyat yang tak pernah kita kenal. Rakyat yang mungkin tak akan pernah kita kenal. Tetapi, apa yang kita lakukan sekarang, akan menentukan apa yang terjadi kepada mereka," ucap Prabowo yang didampingi oleh Sandiaga Uno. 

Menurut dia, kurang dari 92 malam lagi, masyarakat Indonesia akan menentukan masa depan dalam Pemilu 2019. Sehingga, kemenangan yang akan direbut pada 17 April 2019 bukanlah milik Prabowo-Sandi, tetapi kemenangan Indonesia.

"Kami ingin menyampaikan apa-apa yang menjadi kegusaran kami, yang mendorong kami, untuk terus berjuang dan terus berada di dalam kancah politik dan menawarkan diri kami untuk memimpin dan membela NKRI," urainya.

1. Gantung diri

Sponsored

Prabowo mengawali kritiknya dengan sebuah cerita yang pernah diungkapkan sebelumnya. Beberapa waktu lalu, Prabowo mendapatkan laporan ada seorang buruh tani, seorang bapak, seorang kepala keluarga bernama Hardi di Desa Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah, meninggal dunia. 

Hardi meninggal lantaran gantung diri di pohon jati di belakang rumahnya. Dia gantung diri meninggalkan istri dan anak lantaran tak sanggup membayar utang dan beban ekonomi dirasa terlalu berat.

"Selama beberapa tahun terakhir ini saya mendapatkan laporan ada belasan cerita tragis seperti Hardi ini," urainya. 

Ada juga kisah seorang guru di Pekalongan gantung diri. Terakhir, pada 4 Januari 2019, ibu Sudarsih di Desa Watusigar Gunung Kidul juga tewas gantung diri.

2. Petani

Prabowo mengaku baru saja dari Klaten. Dia merasa sedih setelah bertemu dengan petani beras yang baru saja panen. Saat itu, justru terjadi banjir beras dari luar negeri.

Begitu pula dari Jawa Timur. Saat petani tebu tengah panen, banyak banjir gula dari luar negeri.

Saat bersamaan, banyak emak-emak juga mengeluh harga-harga bahan pokok sudah tak terkendali dan tidak terjangkau. Harga telur, daging, beras, menurut Prabowo sudah sangat berat dirasakan oleh rakyat.

"Bagaimana bisa di Republik ini, harga gula tiga kali lebih mahal dari harga dunia," katanya.

Demikian juga, saat petani garam mengalami kesulitan, justru banjir impor dari luar negeri. Dia heran, impor pangan dilakukan saat rakyat mampu memenuhi kebutuhan sendiri.

Prabowo heran, pemerintah tidak membela rakyat sendiri. Kondisi itu tidak seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.

3. Layanan kesehatan

Kondisi memprihatinkan juga terjadi pada sektor kesehatan. Masyarakat banyak mendapatkan penolakan dari rumah sakit lantaran BPJS Kesehatan yang amburadul.

Anak-anak Indonesia juga terkena stunting. Menurut dia, satu dari tiga anak di bawah usia lima tahun mengalami gagal tumbuh karena kurang gizi. Ibu dari bayi juga kekurangan protein. Sehingga, anak-anak lahir kekurangan gizi.

4. Utang

Soal utang luar negeri, Prabowo menyebutkan negara terus menambah utang untuk membayar utang. Banyak negara meminjam uang dan berutang, tetapi mereka berutang untuk produksi.

Di China, uang US$1 setelah 10 tahun dipinjam menjadi US$14. Di Vietnam juga sama. Sedangkan, di Indonesia utang US$1 setelah 10 tahun menjadi US$3-US$4 saja. Indonesia justru utang untuk membayar gaji PNS. 

5. BUMN bangkrut

Pemerintah membiarkan BUMN-BUMN bangkrut. Pertamina, Garuda Indonesia, yang lahir saat perang kemerdekaan, saat ini dalam kondisi bangkrut.

Pertamina sebagai penopang pembangunan Indonesia beberapa dasawarsa lalu, kebanggaaan Indonesia, panutan bagi negara berkembang, kini dalam kondisi sulit.

"PLN dan Krakatau Steel, kebanggaan kita, dulu dibangun oleh Bung Karno. Diselesaikan oleh Pak Harto. Sekarang utangnya juga mengerikan," kata Prabowo. Jika ada BUMN yang untung, tetap saja tak seberapa.

6. Kelaparan

Warga negara dan anak-anak yang tinggal hanya 5 jam dari istana negara tak mampu berangkat sekolah lantaran sudah dua hari tidak makan.

Beberapa waktu lalu, Negara panik karena puluhan anak-anak di Kabupaten Asmat meninggal dunia kelaparan. Pejabat-pejabat pemerintah tak hadir untuk membantu mereka.

"Inilah keadaan dan kondisi yang saya sebut kejanggalan besar, paradoks Indonesia. Negara kaya, rakyatnya masih banyak yang terlantar dan miskin," ucap Prabowo.

Jika tidak hati-hati, tidak waspada, tidak berubah, tidak bertindak segera dan berani, kata Prabowo, maka situasi tersebut akan berlanjut ke arah yang lebih buruk lagi.

Di negara yang kaya, 73 tahun sudah merdeka, jika ada rakyat yang kelaparan hingga gantung diri, maka itu adalah penghinaan kepada para pendiri bangsa dan rakyat Indonesia.

7. Negara bubar

Prabowo berujar, ada yang mengatakan jangan pesimistis, tetapi harus optimistis. Indonesia, ucap Prabowo, katanya akan bertahan 1.000 tahun lagi. 

Namun, negara yang tak mampu membayar rumah sakit, tidak mampu menjamin makan untuk rakyatnya, tidak membela petani dan nelayan, tentara tidak kuat, apakah bisa bertahan 1.000 tahun? Jangan-jangan, menurut Prabowo, sepuluh tahun saja sudah setengah mati.

Kondisi itu lantaran cadangan bahan bakar hanya bisa bertahan 20 hari, cadangan beras juga hanya bisa bertahan tiga minggu. Itu tidak bisa disebut negara kuat dan langgeng.

Bahkan, sambungnya, Menteri Pertahanan pemerintah Jokowi menyebut, jika Indonesia perang hari ini, hanya akan mampu bertahan tiga hari. Sebab, persediaan peluru hanya cukup untuk tiga hari saja.

Untuk visi-misi baru Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dapat dibaca di sini. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid