Di kaki perbukitan Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, tepatnya di sebuah desa kecil bernama Bodas, berdiri sebuah sekolah dasar yang dulu hampir tak dikenal: SD Negeri 2 Bodas Karangjati. Sebuah sekolah sederhana yang selama ini terus berjalan di tengah segala keterbatasan, bahkan harus pasrah setiap kali musim hujan datang dan ruang-ruang kelasnya tergenang air.
Namun, Hari Pendidikan Nasional 2025 menjadi titik balik sejarah sekolah ini. Melalui Program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan (PSP), bagian dari visi besar Presiden Prabowo Subianto dalam Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC), SDN 2 Bodas Karangjati berubah—bukan hanya wajah sekolahnya, tapi semangatnya.
Teknologi masuk desa, anak-anak masuk dunia baru
Di dalam kelas, papan tulis hitam dan kapur putih yang sudah menemani bertahun-tahun kini digantikan oleh layar interaktif canggih. Anak-anak bisa menyentuh layar dan menjelajahi dunia pengetahuan dengan ujung jari mereka. Internet satelit dan panel surya memastikan pembelajaran tak terganggu, bahkan saat listrik padam atau koneksi biasa tak menjangkau desa mereka.
“Biasanya kami cuma menulis di papan. Sekarang anak-anak bisa main sambil belajar,” kata Hemin Tri Zakhwa, guru yang sejak lama mendampingi siswa-siswi di sekolah ini. Matanya berkaca-kaca, bukan karena lelah, tapi karena haru menyaksikan perubahan yang selama ini hanya ia impikan.
Revita Fatimah, siswa kelas III, kini semakin antusias masuk sekolah. “Saya paling suka pelajaran PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) karena ada game-nya. Jadi belajar itu seru,” ucapnya.
Anak-anak yang dulunya malu-malu kini berebut tampil ke depan, mencoba fitur-fitur layar pintar, menjelajah materi pelajaran dari berbagai sudut dunia.
Namun perubahan bukan hanya di dalam kelas. Bangunan sekolah yang selama ini rentan kebanjiran dan rusak dimakan usia, kini tengah disiapkan untuk direvitalisasi dengan anggaran sekitar Rp1 miliar. Ruang kelas, toilet, dan fasilitas dasar lainnya akan dibangun ulang demi menciptakan lingkungan belajar yang aman dan sehat.
“Kami sangat bersyukur, ini impian lama yang akhirnya jadi kenyataan,” kata Kepala Sekolah Sumeh Handari. Ia menegaskan, pembangunan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga akan melibatkan para orang tua siswa sebagai mitra utama dalam pengawasan dan perencanaan. “Kami ingin semua merasa memiliki sekolah ini.”
Sementara revitalisasi berjalan, proses belajar mengajar tak dihentikan. Anak-anak akan belajar di gedung koperasi desa, balai masyarakat, dan gedung Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN). Komunitas desa bersatu demi satu tujuan: agar pendidikan anak-anak tetap berlanjut tanpa gangguan.
Langkah kecil di Purbalingga, lompatan besar untuk Indonesia
Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Ujang Komarudin, yang hadir langsung ke sekolah itu, menyatakan PSP adalah wujud nyata dari PHTC 4 Presiden Prabowo, yakni menciptakan ruang belajar yang sehat dan modern, terutama di daerah-daerah tertinggal. “Ini bukan sekadar proyek pembangunan, ini peradaban. Ini masa depan,” katanya di hadapan para guru dan siswa.
Menurut Ujang, revitalisasi sekolah dan digitalisasi pembelajaran adalah fondasi untuk memastikan anak-anak Indonesia bukan hanya cerdas, tapi juga sehat dan siap menghadapi masa depan. Program ini juga berjalan berdampingan dengan kebijakan strategis lainnya seperti Makan Bergizi Gratis dan Cek Kesehatan Gratis.
SDN 2 Bodas Karangjati hanyalah satu dari 758 sekolah di Jawa Tengah yang menerima bantuan PSP tahun ini. Tapi dari sekolah kecil inilah, kita melihat makna besar Hari Pendidikan Nasional: setiap anak Indonesia, di manapun mereka lahir dan tumbuh, berhak atas pendidikan yang layak, berkualitas, dan menggugah semangat.
Karena di balik layar pintar dan bangunan baru itu, ada anak-anak yang bermimpi lebih tinggi, ada guru yang mengajar dengan lebih yakin, dan ada harapan baru yang menyala—di Bodas, dan di seluruh Indonesia.