sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Duet nasionalis-religius di Pilpres 2024 dinilai masih relevan

Pasangan dari kalangan nasionalis-religius disebut berpotensi menang di 2024.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Selasa, 01 Feb 2022 17:55 WIB
Duet nasionalis-religius di Pilpres 2024 dinilai masih relevan

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menyebut, koalisi nasionalis-religius masih relevan di Pilpres 2024. Berdasarkan pemetaan terhadap pasangan calon dalam dua survei terakhir, pasangan dari kalangan nasionalis-religius disebut berpotensi menang di 2024.

"Hasil survei kami menunjukkan calon sipil dan santri (ulama) 57,4% setuju. Cukup besar penerimaan publik terhadap sipil dan santri/ulama. Jadi nasionalis dan religius," kata Pangi dalam diskusi publik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bertajuk "Meneropong Koalisi Pilpres dan Sosok Nasionalis-Religius," Selasa (1/2).

Survei Voxpol digelar pada April dan Juli 2021, melaui wawancara via telpon dan tatap muka. Survei pada April 2021 menunjukan, bahwa tingkat penerimaan responden terhadap koalisi nasionalis dan religius masih tinggi. Sementara, pada survei Juli 2021, koalisi militer-religius juga tinggi.

"Jadi potensinya sipil milter kuat, nasionalis-reilius juga kuat. Jadi dua ini enggak bisa dipisahkan," ujar dia.

Kendati demikian, menurut Pangi, pasangan nasionalis-religius masih terbilang relevan untuk disandingkan. Berkaca dari koalisi Joko Widodo dan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019, munculnya koalisi nasionalis-religius sebenarnya karena situasi politik Tanah Air yang sedang terbelah yang memuncak pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Kala itu, kata Pangi, Ma'ruf Amin muncul secara tiba-tiba karena dianggap sebagai tokoh yang dapat meredam keterbelahan. "Nama kiai Ma'ruf Amin itu tiba-tiba. Karena kebutuhan keterbelahan publik soal nasionalis-agama, nasionalis dibenturkan dengan Islam, demokrasi dibenturkan dengan Islam, nah ketemunya, mungkin pilihan Pak Jokowi, kalau menang ya harus ambil dari agama. Karena representasi itu yang mereka coba ambil, jelas Pangi.

Menurut Pangi, kehadiran sosok religius di masa injury time bisa disandingkan dengan tokoh siapa saja. Namun kondisi itu berbeda dengan sosok calon presiden yang harus kuat sejak awal.

"Karena wapres itu, kata orang, sakunya itu kayak Doraemon. Injury time. Tetapi capres enggak bisa. Makanya capres itu santri atau ulama kejut-kejutan," beber Pangi.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid