sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Monitoring media Pilgub Jakarta 2024: Ada "kuda hitam"

Pemberitaan dan perbincangan netizen Indonesia terkait Risma, Ahok, dan Gibran tak begitu menonjol.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Jumat, 04 Feb 2022 07:27 WIB
<i>Monitoring</i> media Pilgub Jakarta 2024: Ada

Beberapa nama politikus nasional yang sebelumnya disebut-sebut sebagai sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2024 ternyata tidak begitu banyak muncul dalam pemberitaan media massa daring ataupun percakapan di media sosial (medsos). Justru nama-nama yang sebelumnya tidak pernah dikaitkan malah muncul sebagai "kuda hitam".

Ini berdasarkan temuan Center for Indonesian Reform (CIR) dan Datasight Indonesia dengan memantau portal online dan medsos pada 1-31 Januari 2022. Selama periode itu, terdapat 33.699 pemberitaan dan percakapan yang menyebut nama-nama yang sering dijagokan sebagai cagub dan dan calon wakil gubernur (cawagub) Jakarta.

"Nama-nama yang muncul dalam pemantauan tersebut terdiri dari Mardani Ali Sera (20,76%), Ahmad Riza Patria (15,56%), Ahmad Sahroni (14,32%), Tri Rismaharini (13,38%), Gibran Rakabuming Raka (16,60%), Bahlil Lahadalia (9,52%), Basuki Thajaja Purnama (8,23%), Ahmad Zaki Iskandar (2,49%), Bima Arya Sugiarto (1,35%), serta Airin Rachmi Diany (0,79%)," beber Direktur Datasight Indonesia, Radhiatmoko, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/2).

Dirinya menerangkan, hasil pemantauan tersebut menunjukan level kegiatan politik seseorang sangat memengaruhi pemberitaannya. Figur yang berkiprah di tingkat nasional lebih banyak diberitakan dan dibicarakan warganet daripada tokoh lokal.

Isu yang menjadi pusat perhatian tokoh nasional pun beragam, seperti isu kesehatan terkait Covid-19, kenaikan harga minyak goreng, perpindahan ibu kota negara (IKN) baru, radikalisasi, dan isu besar lainnya. 

Sementara itu, pemberitaan tokoh lokal terbatas lantaran isu yang dibahas dan diberitakan juga lebih kecil. Tokoh-tokoh lokal ini umumnya muncul dalam pemberitaan jika ada peristiwa besar yang terjadi di wilayah kepemimpinannya. 

“Kesepuluh nama itu muncul karena partai atau kelompok pendukungnya selalu mengaitkan dengan pelaksanaan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) DKI Jakarta," jelasnya.

Radhiatmoko menambahkan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hingga kini secara resmi belum berbicara soal cagub Jakarta. Namun, publik menyebut Anggota DPR yang juga mantan Ketua Timses Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada Pilgub 2017, Mardani Ali Sera.

Sponsored

Nama Mardani banyak muncul di dalam pemberitaan media daring hingga 6.176 data dan Twitter 817 kicauan. Di kanal lain, seperti YouTube, Facebook, dan Instagram, pamornya masih minim.

Soal sentimen, pemberitaan dan perbincangan tentang Mardani cenderung positif hingga 55,49%. Sebesar 27,94% lainnya sentimen negatif dan netral 16,57%. 

"Tetapi, fokus pemberitaan dan percakapan tentang Mardani belum membangun personal branding yang kuat atau afiliasi politik PKS. Penggunaan hastag untuk mendongkrak popularitas juga lemah. Malah terasosiasi dengan PD (Partai Demokrat) dan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono)," ungkapnya.

"Sementara NasDem mengajukan Sahroni dan Golkar menimbang-nimbang Ahmed Zaki atau Airin. Nama-nama lain berseliweran. Mungkin akan terjadi kejutan di akhir masa pendaftaran pilkada,” imbuh akademisi Universitas Indonesia (UI) itu.

Dirinya melanjutkan, Riza Patria cukup terukur kinerjanya dengan 5.151 data pemberitaan dan 92 cuitan. Sebagian besar netizen (59,91%) bersentimen positif kepadanya. 

Penjenamaan pribadi Riza Patria, menurut Radhiatmoko, tergolong kuat dalam pembentukan isu publik, terutama menyangkut pengendalian Covid-19 varian Omicron dan afiliasi partai. Para pendengung pendukungnya juga terbilang aktif menaikkan tagar #ahmadrizapatria dan #wagubdkijakarta.

“Tokoh muda NasDem, Sahroni, cukup aktif di pemberitaan (3.094) dan Twitter (1.708). Sebagian besar positif (42,43%) dan netral (37,79&), sedang negatif (19,78). Branding afiliasi ke partai lebih kuat ketimbang personal. Kemungkinan pendukung di dunia maya terkoneksi dengan komunitas K-Poppers karena tagar #Moonbin dan #PemiluAroha2022 terdeteksi,” tuturnya.

Kemudian, pemberitaan dan perbincangan netizen Indonesia terkait Risma, Ahok, dan Gibran tak begitu menonjol. Banyak kontroversi yang mengitari ketiga kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini sehingga warganet banyak yang bersentimen negatif pula.

"Para pendukung fanatik Ahok tampak belum terkonsolidasi sehingga personal branding Komisaris Utama Pertamina itu tidak terbangun. Tak aneh bila nama Ahok justru muncul sebagai calon Kepala Otorita Ibu Kota Negara di Kalimantan sebab peluang politik di Pilkada DKI sangat rendah," katanya.

"Hal serupa terjadi pada sosok Gibran, Wali Kota Solo, yang terlalu berisiko apabila nekat maju ke Pilkada DKI Jakarta. Dalam anekdot politik, DKI Jakarta ibaratnya 'dapil neraka', hanya politisi kawakan yang berani bertanding," sambungnya.

Radhiatmoko mengingatkan, hasil pemantauan ini hanya mewakili persepsi sebagian populasi. Sekalipun jumlah netizen yang terlibat tidak terlalu besar secara nasional, tetapi bagi kota besar seperti Jakarta sangat menentukan.

Berita Lainnya
×
tekid