sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Said Didu: Gunakan APBN untuk subsidi, bukan infrastruktur

Mantan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Mohammad Said Didu menyarankan agar dana APBN digunakan untuk subsidi.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Rabu, 14 Nov 2018 20:03 WIB
Said Didu: Gunakan APBN untuk subsidi, bukan infrastruktur

Mantan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Mohammad Said Didu menyarankan agar dana APBN digunakan untuk subsidi.

Said Didu yang kini dekat dengan Partai Gerindra itu menyarankan agar pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dapat mengubah arah pengelolaan APBN. Terutama jika keduanya terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pada 2019.

Dia menyarankan agar ke depan, anggaran negara difokuskan untuk kepentingan subdisi kebutuhan dasar terlebih dahulu ketimbang untuk belanja pegawai dan belanja modal.

"Jadi menurut saya adalah APBN ke depan itu sebaiknya untuk kebutuhan dasar dulu, seperti BPJS dulu kemudian rumah masyarakat, jadi kira-kira seperti strategi pembangunan tahun 80-an lah. Sandang, pangan, dan papan," paparnya di Pusat Media Prabawo-Sandi, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (14/11).

Menurutnya, cara itulah yang dapat menjaga pertumbuhan ekonomi, agar tidak ada kesengajaan di masyarakat.

"Itu yang dibutuhkan masyarakat, saat ini kan susah kan untuk memiliki rumah," pungkasnya.

Said mengatakan, pemerintah ke depan harus berhati-hati dalam mengelola APBN karena memiliki potensi penyelewengan yang cukup tinggi.

"Seperi yang dibahas hari ini genderuwo ekonomi, ya genderuwo itu ada pertama di sektor anggaran, di APBN dan APBD dia ada situ," kata dia.

Sponsored

Pertumbuhan ekonomi

Sementara itu, mantan staf ahli Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu juga menuturkan target pertumbuhan ekonomi 6,5% dapat digenjot melalui industri pengolahan.

"Caranya industri pengolahan harus digenjot segera berikan intensif untuk industri pengolahan," urainya.

Said menyarankan kepada Prabawo-Sandi, untuk membuka investasi sebesar-besarnya, dengan cara menurunkan pajak terlebih dahulu. "Sekarang kan tak ada yang mau investasi karena semua pajak makin dinaikan, demi mendapatkan APBN, untuk melakukan program populis, karena program populis ini kan menyedot APBN banyak sekali, ini yang membuat orang tak mau investasi," paparnya.

Ia pun menyarankan kepada Prabawo-Sandi agar mengantisipasi mekasnisme impor sebagai dampak negatif dari investasi, untuk mencegah terjadinya turbulensi ekonomi.

"Sekali kita memacu pertumbuhan ekonomi, kita industri dasar kita jangan lemah, karena itu akan memacu impor, baik impor permesinan dan impor bahan baku, karena kalau sudah begitu akan membuat turbulensi ekonomi, karena industri dasarnya tak dipacu, jadi menurut saya perencanaan yang kurang hati-hati akan membuat impor naik," paparnya.

Lebih lanjut, mantan staf khusus Sudirman Said ini, mengatakan, target pertumbuhan ekonomi 6,5% yang dipatok Prabawo-Sandi pada 2020, sejatinya tak muluk-muluk, dan masih realistis untuk dicapai. "Realistis menurut saya dan tak terlalu tinggi," pungkasnya.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Daripada Juniper (Julid, Nyinyir, Baper) mendingan kita goyang lagu india... Lemesin shay!

A post shared by Sandiaga Salahuddin Uno (@sandiuno) on

Berita Lainnya
×
tekid