PKS desak Sukmawati minta maaf
Sebagai tokoh publik, tak sepatutnya Sukmawati mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu kegaduhan.

Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) MPR RI, Andi Akmal Pasluddin meminta Sukmawati Soekarnoputri meminta maaf kepada umat Islam terkait pernyataannya yang menyandingkan Nabi Muhammad SAW dengan ayahnya, Soekarno. Menurut Andi, pernyataan Sukmawati dapat menyulut kemarahan umat.
"Saya kira, kita minta beliau bisa memberikan klarifikasi dan permintaan maaf. Saya kira sangat mulia kalau ada namanya keselip lidah gitu, ya, kita minta maaf," kata Andi di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (18/11).
Menurut Andi, sebagai tokoh publik, tak sepatutnya Sukmawati mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu kegaduhan. "Harusnya kan komentar itu menyejukkan. Bisa mempersatukan kita, ya. Di tengah-tengah isu masalah radikalisme, isu masalah terorisme, janganlah ada komentar-komentar yang bisa menyulut kemarahan dari pada umat," tutur dia.
Terhitung dua kalinya Sukmawati dilaporkan ke polisi dengan tuduhan melakuan penodaan agama. Sebelumya, Sukmawati pernah dilaporkan terkait pusi berjudul 'Ibu Indonesia' yang dibacakan dalam acara '29 Tahun Anne Avantie Berkarya' di Indonesia Fashion Week 2018. Dalam salah satu penggalan bait puisinya itu, Sukmawati menyinggung kidung dan azan.
Andi mengatakan seharusnya Sukmawati belajar dari kekeliruannya. "Agama kan itu wilayah yang sangat privat. Jadi ibu Sukmawati perlu introspeksi dan mengambil pelajaran ini dan kita menyarankan juga agar bisa maaf," jelas Andi.
Andi pun berharap agar semua tokoh dan elite politik tidak mengeluarkan pernyataan yang berbau provokasi terkait agama.
"Jadi, saya kira menjadi pelajarannya bahwa kita jangan suka berkomentar masalah agama yang kita tidak pahami. Ini kontraproduktif, ya. Walaupun dia niatnya baik, tapi cara penyampaiannya gitu, ya," kata dia.
Terpisah, politikus PDI-Perjuangan Arif Wibowo enggan berkomentar terkait pernyataan Sukmawati. Menurutnya, jika ditanggapi, hal tersebut justru memancing polemik yang berkepanjangan. "Enggak usah kita tanggapi hal-hal kayak gitu," kata Arif.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Jejak berdarah Sumiarsih dari Gang Dolly
Minggu, 05 Feb 2023 06:18 WIB
Supaya posyandu lansia tak tersia-sia...
Sabtu, 04 Feb 2023 06:12 WIB