BPS Banten: Kemiskinan di Banten per April berpotensi capai 8%

Prosentase kemiskinan di Banten per September 2019 hanya sebesar 4,94% atau 641.420 jiwa.

Produsen tahu di Lebak mengaku usahanya terancam gulung tikar karena omzetnya menurun hingga 100% akibat sepinya pembeli yang biasanya didominasi dari Jakarta, Tangerang, Depok dan Bogor yang telah memberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Foto Antara/Muhammad Bagus Khoirunas/wsj.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat potensi kenaikan angka kemiskinan di Banten hingga menembus angka 8% atau sebanyak 908 ribu jiwa. Hal tersebut akibat dari dampak pandemik coronavirus atau Covid-19 yang mengakibatkan banyaknya warga kehilangan pekerjaan.

Berdasarkan data BPS Banten, prosentase kemiskinan di Banten per September 2019 sebesar 4,94% atau 641.420 jiwa.

Kepala BPS Provinsi Banten Adhi Wiriana mengatakan, secara umum pandemik corona di Banten untuk kondisi di Maret belum terlalu berpengaruh. Akan tetapi, pada April, mulai terlihat adanya dampak, di mana angka kemiskinan mulai meningkat. 

"Mungkin kami akan rilis kemiskinan dalam waktu dekat. Tetapi kondisi pada Maret 2020, dimana corona belum terlalu berdampak bagi rakyat Indonesia. Jika kondisinya pada April, pasti meningkat," kata Adhi saat dikonfirmasi, Selasa (28/4).

Jika pada September 2019 tingkat kemiskinan hanya ada di angka 4,94%. Pada April kemungkinan bisa naik ke 7% hingga 8%. Penambahan terjadi di wilayah perkotaan sebagai daerah yang paling terdampak corona, terutama Tangerang Raya. "Angka kemiskinan bisa sekitar 908 ribu jiwa," katanya.