Diduga retas ponsel untuk spionase, WhatsApp gugat perusahaan Israel

WhatsApp menuduh NSO memfasilitasi kegiatan peretasan pemerintah di 20 negara.

Ilustrasi / Pixabay

WhatsApp menggugat perusahaan teknologi Israel yang fokus pada intelijen siber, NSO Group, pada Selasa (29/10), menuduhnya membantu pemerintah meretas ponsel milik sekitar 1.400 pengguna di empat benua. Peretasan itu diduga menyasar kalangan diplomat, pembangkang politik, wartawan dan pejabat senior pemerintah.

Dalam gugatan yang diajukan di pengadilan federal di San Fransisco, Amerika Serikat, WhatsApp yang dimiliki Facebook menuduh NSO memfasilitasi kegiatan peretasan pemerintah di 20 negara. Meksiko, Uni Emirat Arab dan Bahrain adalah beberapa negara yang berhasil diidentifikasi.

WhatsApp menjelaskan dalam pernyataannya bahwa tindakan itu merupakan sebuah pola pelecehan. NSO membantah tuduhan tersebut.

"Sekuat mungkin, kami membantah tuduhan tersebut dan akan dengan keras melawannya. Satu-satunya tujuan NSO adalah untuk menyediakan teknologi bagi badan intelijen dan penegak hukum pemerintah berlisensi untuk membantu mereka memerangi terorisme dan tindak kejahatan," jelas NSO dalam pernyataannya.

WhatsApp menyatakan, serangan itu mengeksploitasi sistem panggilan video untuk mengirim malware ke perangkat seluler sejumlah pengguna. Malware tersebut kemudian memungkinkan klien NSO, yang merupakan pemerintah dan badan intelijen, untuk secara diam-diam mematai-matai pemilik telepon dan membuka jejak digital mereka.