Di AS, satu dari lima orang yang terinfeksi bakteri pemakan daging meninggal dunia. Apa yang harus kita waspadai?
Kasus kematian karena infeksi bakteri pemakan daging kian marak di berbagai belahan dunia. Juli lalu, pria berusia 77 yang tinggal St. Louis, Mississippi, Amerika Serikat, meninggal dunia karena terinfeksi bakteri Vibrio vulnificus. Bakteri menginfeksi lewat luka kecil di kaki pria itu.
Bakteri ini memicu lepuhan kulit yang cepat menyebar, merusak jaringan, dan dalam hitungan jam bisa menyebabkan sepsis, amputasi, bahkan kematian. Menurut Centers for Disease Control (CDC), ada sekitar 150–200 infeksi serius setiap tahunnya di AS. Satu dari lima pasien meninggal hanya dalam beberapa hari setelah terinfeksi.
Lebih dikenal sebagai bakteri pemakan daging, V. vulnificus hidup subur di perairan hangat yang payau—tempat air laut dan air tawar bertemu. Jika dulu kasus banyak ditemukan di pantai selatan AS, seperti di Teluk Meksiko (Louisiana dan Florida), kini bakteri ini terdeteksi hingga Connecticut, Massachusetts, dan New York. Di sepanjang pantai Teluk dan Timur, infeksi yang tercatat meningkat delapan kali lipat dalam 30 tahun terakhir.
“Ini penyakit bawaan air paling mahal di AS karena berujung pada amputasi dan kematian, dan pengobatannya selalu sulit,” kata Jan Carlo Semenza, epidemiolog di Universitas Umeå, Stockholm, seperti dikutip dari National Geographic, Selasa (16/9).
Pada 2023, dia menulis artikel di The New England Journal of Medicine yang menyoroti kaitan suhu yang lebih hangat dengan dua spesies Vibrio, bakteri leptospira, dan parasit cryptosporidium.