Organ tubuh yang sensitif dari paparan gas air mata

Daya tahan tubuh menentukan besar potensi gangguan kesehatan akibat gas air mata.

Polisi menembakkan gas air mata ke arah para mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Selasa (24/9/2019). Aksi yang diikuti mahasiswa dari berbagai kampus itu berakhir ricuh dan bentrok./Antara Foto

Pembubaran unjuk rasa mahasiswa pada Selasa (24/9) dilakukan aparat keamanan dengan cara menembakkan gas air mata. Cara tersebut dipilih bila ratusan anggota Brimob jika tak mampu mengatasi aksi massa. 

Di area depan pintu barat Gedung DPR MPR RI, Jalan Lapangan Tembak, Gelora, Jakarta Pusat, misalnya, sebaran gas air mata dirasakan warga sekitar. Selain itu, beberapa pengendara sepeda motor yang melintas di Jalan Tentara Pelajar di seberang utara Gedung DPR MPR turut merasakan dampak gas air mata, seperti terbatuk-batuk dan bersin-bersin.

Menurut spesialis penyakit paru dr. Feni Fitriani Taufik, umumnya efek dari gas air mata sensitif terhadap organ tubuh berselaput lendir yaitu: mata, hidung, dan tenggorokan. Akibatnya, orang yang terpapar gas air mata akan mengalami iritasi, seperti mata pedih, hidung berair, napas menjadi sesak, dan batuk-batuk.

“Ketika menjadi batuk-batuk, orang di sekitar lokasi yang terpapar gas air mata lantas menghindar atau pindah tempat. Itu seperti respons refleks tubuh untuk melindungi diri terhadap kondisi di luar yang tidak nyaman,” ujar Feni kepada Alinea.id, di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (25/9).

Feni menjelaskan, gas air mata mengandung campuran sejumlah bahan kimia yang bisa membuat iritasi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh gas air mata ditentukan oleh beberapa faktor.