Makanan ‘ekstrem’ hewan liar: Ganggu ekosistem, sebabkan penyakit

Pedagang makanan olahan dari hewan liar banyak terdapat di daerah Mangga Besar. Apakah benar berkhasiat?

Ilustrasi makanan ekstrem. Alinea.id/Wahyu Kurniawan.

Menjelang malam, para pedagang kaki lima sibuk menata lapaknya di kanan-kiri Jalan Raya Mangga Besar, Jakarta Barat. Sekitar delapan lapak, dengan kain kuning berjejer sepanjang 700 meter di jalan itu, menyajikan olahan makanan dari hewan liar, seperti ular kobra, biawak, penyu, kelelawar, tokek, ular piton, hingga monyet.

Semakin malam, kawasan Mangga Besar semakin ramai. Beberapa orang pun menjajal kuliner aneka hewan liar itu. Awi, pedagang makanan olahan hewan liar asal Bogor menyebut, sate ular kobra paling banyak dicari orang. Sehari, ia pernah menjual hingga 20 ekor ular kobra.

“Khasiatnya menghaluskan kulit,” ujar Awi saat ditemui reporter Alinea.id di Jalan Raya Mangga Besar, Jakarta Barat, Kamis (23/1).

Ular kobra itu ia dapatkan dari daerah Serang, Balaraja, Cirebon, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Awi menuturkan, pelanggannya beragam. Namun, yang paling banyak etnis Tionghoa.

“Ada juga orang baru, yang penasaran,” ujarnya.