Kucing-kucing yang suka dipeluk menunjukkan lonjakan oksitosin lebih tinggi dan lebih sedikit punya masalah perilaku.
Memelihara kucing punya beragam dampak positif bagi kita. Sebuah studi yang dipublikasikan di Jurnal Applied Animal Behaviour Science awal tahun ini menunjukkan kadar oksitosin--atau dikenal juga dengan sebutan hormon cinta--cenderung meningkat pada pemilik kucing saat berinteraksi dengan anak bulu mereka.
Oksitosin adalah neurokimia yang ada pada otak kita. Hormon yang sama juga melonjak ketika seorang ibu menggendong bayinya atau ketika teman berpelukan. Hormon ini kerap disebut sebagai "indikator" rasa percaya dan kasih sayang.
Riset dilakoni Hao Chang dan sejumlah peneliti dari South China Agricultural University, Guangzhou, China. Riset menemukan bahwa ketika pemilik mengelus, memeluk santai, atau menggendong kucing mereka, kadar oksitosin pemilik cenderung naik, begitu juga pada kucingnya—jika interaksi itu tidak dipaksakan pada hewan tersebut.
"Kadar oksitosin sebagai respons terhadap pemilik lebih tinggi pada kucing dengan keterikatan yang aman (secure attachment), kemungkinan karena kadar oksitosin dasar mereka lebih rendah," tulis Chang dan kawan-kawan.
Para peneliti memantau oksitosin pada kucing selama 15 menit bermain dan berpelukan di rumah bersama pemiliknya. Kucing yang terikat secara aman dan memulai kontak sendiri, seperti duduk di pangkuan atau menyundul, menunjukkan lonjakan oksitosin. Semakin lama mereka dekat dengan manusia, semakin besar peningkatannya.