close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kucing dan pemiliknya. /Foto Unsplash
icon caption
Ilustrasi kucing dan pemiliknya. /Foto Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 22 September 2025 17:00

Memelihara kucing meningkatkan kadar hormon cinta di otak kita

Kucing-kucing yang suka dipeluk menunjukkan lonjakan oksitosin lebih tinggi dan lebih sedikit punya masalah perilaku.
swipe

Memelihara kucing punya beragam dampak positif bagi kita. Sebuah studi yang dipublikasikan di Jurnal Applied Animal Behaviour Science awal tahun ini menunjukkan kadar oksitosin--atau dikenal juga dengan sebutan hormon cinta--cenderung meningkat pada pemilik kucing saat berinteraksi dengan anak bulu mereka. 

Oksitosin adalah neurokimia yang ada pada otak kita. Hormon yang sama juga melonjak ketika seorang ibu menggendong bayinya atau ketika teman berpelukan. Hormon ini kerap disebut sebagai "indikator" rasa percaya dan kasih sayang. 

Riset dilakoni Hao Chang dan sejumlah peneliti dari South China Agricultural University, Guangzhou, China. Riset menemukan bahwa ketika pemilik mengelus, memeluk santai, atau menggendong kucing mereka, kadar oksitosin pemilik cenderung naik, begitu juga pada kucingnya—jika interaksi itu tidak dipaksakan pada hewan tersebut.

"Kadar oksitosin sebagai respons terhadap pemilik lebih tinggi pada kucing dengan keterikatan yang aman (secure attachment), kemungkinan karena kadar oksitosin dasar mereka lebih rendah," tulis Chang dan kawan-kawan. 

Para peneliti memantau oksitosin pada kucing selama 15 menit bermain dan berpelukan di rumah bersama pemiliknya. Kucing yang terikat secara aman dan memulai kontak sendiri, seperti duduk di pangkuan atau menyundul, menunjukkan lonjakan oksitosin. Semakin lama mereka dekat dengan manusia, semakin besar peningkatannya.

Bagaimana dengan kucing yang kurang suka dipeluk? Studi yang sama mencatat pola berbeda pada kucing dengan gaya keterikatan lebih cemas atau menjauh. Kucing penghindar (yang menjaga jarak) tidak menunjukkan perubahan oksitosin yang signifikan, sementara kucing cemas (terus-menerus mencari pemiliknya tetapi mudah kewalahan saat dipegang) sudah memiliki kadar oksitosin tinggi sejak awal.

Oksitosin pada kucing penghindar dan cemas justru turun setelah dipaksa dipeluk. Ketika interaksi menghormati kenyamanan kucing, oksitosin mengalir – tetapi ketika kucing merasa terpojok, hormon pengikat ini sulit muncul.

"Kucing dengan gaya keterikatan yang aman juga menunjukkan lebih sedikit masalah perilaku yang dilaporkan oleh pemilik dibandingkan kucing dengan keterikatan yang tidak aman," jelas Chang. 

Oksitosin berperan sentral dalam ikatan sosial, kepercayaan, dan regulasi stres pada banyak hewan, termasuk manusia. Sebuah percobaan tahun 2005 menunjukkan bahwa oksitosin membuat relawan manusia secara signifikan lebih mau mempercayai orang lain dalam permainan keuangan.

Oksitosin juga memiliki efek menenangkan pada manusia dan hewan karena menekan hormon stres kortisol dan mengaktifkan sistem saraf parasimpatik untuk membantu tubuh rileks.

"Para ilmuwan telah lama tahu bahwa interaksi ramah memicu pelepasan oksitosin baik pada anjing maupun pemiliknya, menciptakan lingkaran umpan balik saling mengikat. Namun hingga baru-baru ini, sedikit yang diketahui tentang efeknya pada kucing," kata pakar neurosains dari , London South Bank University, Laura Elin Pigott, seperti dikutip dari The Conversation. 

Kucing memang lebih tak kentara dalam menunjukkan kasih sayang. Namun, para pemiliknya sering melaporkan perasaan hangat akan persahabatan dan kelegaan stres yang sama seperti pemilik anjing—dan studi semakin banyak mendukung laporan ini. 

Peneliti di Jepang, misalnya, melaporkan pada 2021 bahwa sesi mengelus singkat dengan kucing mereka meningkatkan kadar oksitosin pada banyak pemilik. Dalam studi tersebut, para perempuan berinteraksi dengan kucing mereka selama beberapa menit sementara ilmuwan mengukur kadar hormon pemiliknya. 

"Hasilnya menunjukkan bahwa kontak ramah (mengelus kucing, berbicara dengan nada lembut) dikaitkan dengan peningkatan oksitosin dalam air liur manusia, dibandingkan dengan periode istirahat tenang tanpa kucingnya," jelas Pigott. 

Tidak seperti anjing, kucing tidak mengandalkan tatapan mata lama untuk menjalin ikatan. Mereka menggunakan sinyal yang lebih halus. Yang paling dikenal adalah slow blink atau kedipan lambat. Ini seperti senyuman kucing, menandakan rasa aman dan percaya.

Dengkuran juga berperan dalam membangun ikatan dengan manusia. Getaran rendah dengkuran kucing telah dikaitkan bukan hanya dengan penyembuhan pada kucing itu sendiri, tetapi juga efek menenangkan pada manusia. Mendengarkan dengkuran dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah; oksitosin menjadi mediator manfaat ini.

"Persahabatan dengan kucing, yang diperkuat oleh semua lonjakan oksitosin kecil dari interaksi harian, dapat menjadi penyangga terhadap kecemasan dan depresi – dalam beberapa kasus memberikan kenyamanan setara dengan dukungan sosial manusia," ujar Pigott. 

Ilustrasi anjing peliharaan./Foto RebeccasPictures/Pixabay.com

Lebih kuat pada anjing 
 
Sejumlah riset memang menemukan respons oksitosin yang lebih kuat pada interaksi anjing–manusia. Dalam sebuah eksperimen pada 2016, ilmuwan mengukur oksitosin pada hewan peliharaan dan pemiliknya sebelum dan sesudah 10 menit bermain. Anjing menunjukkan rata-rata lonjakan 57% kadar oksitosin setelah bermain, sedangkan kucing sekitar 12%.

Anjing, sebagai hewan berkelompok yang didomestikasi untuk selalu dekat dengan manusia, hampir “terprogram” untuk mencari tatapan, belaian, dan persetujuan dari kita – perilaku yang menstimulasi pelepasan oksitosin pada kedua pihak. 

Kucing, sebaliknya, berevolusi dari pemburu soliter yang tidak perlu gerakan sosial mencolok untuk bertahan hidup. Jadi, mereka mungkin tidak menampilkan perilaku berbasis oksitosin secara langsung atau konsisten. 

"Sebaliknya, kucing mungkin menyimpan perilaku pelepas oksitosin untuk saat mereka benar-benar merasa aman. Kepercayaan seekor kucing bukanlah otomatis; ia harus diperoleh. Namun begitu diberikan, ia diperkuat oleh bahan kimia yang sama yang mengikat orang tua, pasangan, dan teman manusia," jelas Pigott. 


 
 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan