Orang-orang maya kuno kemungkinan hidup di permukiman-permukiman yang jauh lebih padat ketimbang Jakarta.
Populasi suku Maya pada masa puncak peradaban mereka atau sekitar 1.400 tahun lalu kemungkinan jauh lebih besar dari yang selama ini diperkirakan. Studi terbaru juga mengisyaratkan bahwa pemukiman Maya pada masa itu jauh lebih kompleks dan saling terhubung dibandingkan dengan temuan penelitian sebelumnya.
Sebuah studi pada tahun 2018 memperkirakan bahwa terdapat 11 juta orang Maya antara tahun 600 hingga 900 Masehi, periode yang dikenal sebagai Periode Klasik Akhir. Namun, dalam penelitian baru yang dipublikasikan secara daring pada 7 Juli di Journal of Archaeological Science: Reports, jumlah populasi suku maya direvisi menjadi sekitar 16 juta jiwa.
Kedua studi tersebut memperkirakan jumlah populasi Maya menggunakan data lidar (light detection and ranging), yaitu teknologi yang diperoleh dengan pesawat yang membawa perangkat pemancar pulsa laser ke permukaan tanah untuk membuat peta 3D suatu wilayah.
Reruntuhan bangunan yang muncul pada peta ini dapat memberikan petunjuk tentang kepadatan penduduk yang kemudian dapat diekstrapolasi untuk menghasilkan perkiraan jumlah populasi secara keseluruhan.
“Kami memperkirakan hanya akan ada peningkatan kecil pada estimasi populasi dari analisis lidar kami tahun 2018, tetapi melihat lonjakan sebesar 45% ini benar-benar mengejutkan,” kata Francisco Estrada-Belli, profesor riset di Middle American Research Institute, Tulane University, Louisiana, AS, seperti dikutip dari Live Science.