close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Piramida Chichen Itza di Meksiko, salah satu situs peninggalan peradaban suku Maya. /Foto Pixabay
icon caption
Piramida Chichen Itza di Meksiko, salah satu situs peninggalan peradaban suku Maya. /Foto Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 08 Agustus 2025 19:02

Populasi Maya kuno ternyata lebih besar daripada Jakarta hari ini

Orang-orang maya kuno kemungkinan hidup di permukiman-permukiman yang jauh lebih padat ketimbang Jakarta.
swipe

Populasi suku Maya pada masa puncak peradaban mereka atau sekitar 1.400 tahun lalu kemungkinan jauh lebih besar dari yang selama ini diperkirakan. Studi terbaru juga mengisyaratkan bahwa pemukiman Maya pada masa itu jauh lebih kompleks dan saling terhubung dibandingkan dengan temuan penelitian sebelumnya.

Sebuah studi pada tahun 2018 memperkirakan bahwa terdapat 11 juta orang Maya antara tahun 600 hingga 900 Masehi, periode yang dikenal sebagai Periode Klasik Akhir. Namun, dalam penelitian baru yang dipublikasikan secara daring pada 7 Juli di Journal of Archaeological Science: Reports, jumlah populasi suku maya direvisi menjadi sekitar 16 juta jiwa.

Kedua studi tersebut memperkirakan jumlah populasi Maya menggunakan data lidar (light detection and ranging), yaitu teknologi yang diperoleh dengan pesawat yang membawa perangkat pemancar pulsa laser ke permukaan tanah untuk membuat peta 3D suatu wilayah. 

Reruntuhan bangunan yang muncul pada peta ini dapat memberikan petunjuk tentang kepadatan penduduk yang kemudian dapat diekstrapolasi untuk menghasilkan perkiraan jumlah populasi secara keseluruhan.

“Kami memperkirakan hanya akan ada peningkatan kecil pada estimasi populasi dari analisis lidar kami tahun 2018, tetapi melihat lonjakan sebesar 45% ini benar-benar mengejutkan,” kata Francisco Estrada-Belli, profesor riset di Middle American Research Institute, Tulane University, Louisiana, AS, seperti dikutip dari Live Science.

“Data baru ini menegaskan betapa padat penduduknya dan terorganisirnya masyarakat Maya di wilayah Lowlands pada puncaknya,” imbuh Estrada-Belli yang juga penulis utama studi baru tersebut. 

Lowlands Maya adalah hamparan wilayah berhutan yang mencakup bagian dari wilayah Guatemala, Belize, dan Meksiko. Secara khusus, para peneliti membuat peta lidar untuk area seluas 36.700 mil atau 95.000 kilometer persegi di area Petén, Guatemala; wilayah barat Belize; dan negara bagian Campeche serta Quintana Roo di Meksiko.

Sebagai perbandingan, Jakarta punya luas sekitar 661,5 kilometer persegi dengan total populasi mencapai kisaran 11.038.216 jiwa. Artinya, permukiman-permukiman penduduk pada era peradaban Maya kemungkinan jauh lebih padat ketimbang area-area di Jakarta. 

Peradaban Maya mencapai puncaknya antara tahun 250 hingga 900 Masehi, dengan banyak kota yang berkembang di Mesoamerika selama periode tersebut. Para peneliti selama ini beranggapan bahwa peradaban suku Maya terbatas pada pemukiman-pemukiman yang tersebar di antara lahan pertanian di tengah hutan hujan tropis yang luas.

“Kami yakin temuan berbasis lidar ini memberikan gambaran paling jelas sejauh ini tentang pola pemukiman Maya kuno. Kini kami memiliki bukti kuat bahwa masyarakat Maya sangat terstruktur, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan, dan jauh lebih maju dalam pengelolaan sumber daya serta organisasi sosial dibandingkan yang dipahami sebelumnya," kata Estrada-Belli. 

Para peneliti menemukan pola konstruksi yang sama di wilayah perkotaan maupun pedesaan: alun-alun pusat yang dikuasai kaum elite, dengan area permukiman dan lahan pertanian yang tersebar di sekitarnya. Hampir semua bangunan yang terungkap melalui lidar berada dalam jarak 3 mil (5 kilometer) dari sebuah plaza, yang menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan—yang umumnya bukan dari kalangan elite—memiliki akses terhadap sebagian besar aspek kehidupan sipil dan keagamaan.

Temuan itu menantang asumsi lama bahwa pemukiman pedesaan Maya terpisah dari kota dan, oleh karena itu, terputus dari pusat administrasi dan upacara. “Tidak ada satu pun komunitas pedesaan yang dapat dianggap terisolasi, terlepas, atau independen,” tulis para peneliti dalam studi tersebut.

Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa wilayah utara Lowlands Maya lebih terurbanisasi dan lebih padat penduduk dibandingkan yang diakui sebelumnya, yang menjelaskan kenaikan pada perkiraan jumlah populasi.

“Wilayah utara Central Lowlands Maya jauh dari dominan pedesaan,” tulis para peneliti. “Proporsi relatif antara zona kepadatan perkotaan dan pedesaan sangat mirip antara wilayah selatan dan utara, sehingga menantang penilaian-penilaian sebelumnya.”

Namun demikian, wilayah utara Lowlands Maya memiliki infrastruktur pertanian yang luas yang kemungkinan dikelola oleh kaum elite yang mengatur produksi dan distribusi pangan. Saat ini, banyak orang Maya masih hidup di Mesoamerika, termasuk sekitar 8 juta di Meksiko selatan dan Amerika Tengah. 

"Perkiraan populasi baru ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru tentang keruntuhan peradaban tersebut antara tahun 800 hingga 1000 masehi karena populasi yang lebih besar mungkin telah memperburuk gejolak politik dan masalah lingkungan," tulis para peneliti. 

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan