Sosial dan Gaya Hidup

Aspartam, sucralose, stevia: Seberapa aman pemanis buatan yang kita konsumsi?

Pemanis buatan seperti aspartam, sucralose, stevia, hingga monk fruit banyak ditemukan di minuman ringan dan camilan di Indonesia. Meski dipasarkan sebagai pilihan lebih sehat dari gula, riset menunjukkan dampaknya beragam terhadap metabolisme, berat badan, hingga risiko penyakit.

Minggu, 07 September 2025 17:00

Ketika meraih makanan berlabel rendah gula atau rendah kalori, besar kemungkinan ada pemanis buatan atau berbasis tanaman di dalamnya. Dipasarkan sebagai alternatif yang lebih sehat dari gula, senyawa ini sejatinya bukan pengganti netral. Mereka berinteraksi dengan tubuh dalam cara yang jauh lebih kompleks daripada sekadar memangkas kalori.

Dengan gula biasa, enzim di usus halus memecahnya jadi glukosa dan fruktosa. Glukosa lalu dengan cepat masuk ke aliran darah. 

“Glukosa adalah bahan bakar utama otak,” kata Marion Nestle, profesor nutrisi di New York University, seperti dikutip dari National Geographic, Ahad (7/9). 

Ketika asupan gula berlebihan, sistem hormon yang mengatur glukosa jadi kewalahan. Akibatnya, metabolisme tubuh ikut kacau.

Kelebihan gula berhubungan dengan risiko penyakit lewat penambahan berat badan, peradangan, dan resistensi insulin. Itulah mengapa pakar kesehatan sering menganjurkan untuk mengurangi gula—dan mengapa banyak orang beralih ke pemanis alternatif. 

Christian D Simbolon Reporter
Christian D Simbolon Editor

Tag Terkait

Berita Terkait