Kronologi kasus Rene Coenraad

Brigadir Polisi II Djani Maman Surjaman diseret ke pengadilan karena dituduh sebagai pelaku penembakan Rene Coenraad.

Ilustrasi penembakan. Alinea.id/Firgie Saputra/Pixabay.

Kematian Rene memicu amarah mahasiswa. Demonstrasi tak hanya terjadi di Bandung, tetapi juga di Jakarta, seiring pemulangan jenazah dari Bandung ke Kebayoran, Jakarta. Ibu Rene tak kuasa menahan emosi. Deputi Panglima Angkatan Kepolisian (Pangak) Awaloedin Djamin, yang merangkap jadi penjabat Kapolri mengganti sementara Hoegeng Iman Santoso yang tengah ke luar negeri, menjadi sasaran kemarahan ibu Rene.

“Beliau menuding-nuding hidung saya sambil berbicara agak keras dan pedas. Saya mengerti perasaan beliau. Anak satu-satunya yang sudah kuliah di ITB meninggal,” katanya dalam buku Awaloedin Djamin: Pengalaman Seorang Perwira Polri (1995).

Momen itu diabadikan dalam sebuah foto paling ikonik peristiwa penembakan Rene. Pada 8 Oktober 1970, sekitar 500-an mahasiswa ITB menyempatkan menemui Presiden Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta untuk meminta keadilan.

“Kami menyayangkan, Rene ditemukan di dalam gudang penyimpan kendaraan tabrakan di kantor polisi. Mengapa tidak dibawa ke rumah sakit?” kata Ketua Dewan Mahasiswa (DM) ITB Sjarif Tando kepada Kompas, 9 Oktober 1970.