Wajah baru Partai Buruh: Bisakah kelas pekerja jadi kekuatan politik baru?

Meski didukung lebih banyak kelompok buruh ketimbang pendahulunya, Partai Buruh diyakini bakal sulit berbicara banyak dalam Pemilu 2024

Ilustrasi Partai Buruh. Alinea.id/Firgie Saputra

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Dedi Hardionto mengaku heran saat mendengar organisasinya disebut turut mendukung kelahiran kembali Partai Buruh. Menurut Dedi, KSBSI tak pernah diajak bicara oleh koleganya di serikat-serikat buruh lainnya terkait rencana tersebut. 

"Dalam hal perjalanan teknis, memang kami juga tidak dilibatkan. Karena posisinya tidak dilibatkan, enggak mungkin kami kemudian menawarkan diri (untuk mendukung Partai Buruh)," kata Dedi saat dihubungi Alinea.id, Selasa (19/10).

Partai Buruh dideklarasikan dalam sebuah kongres buruh yang digelar di kawasan Cempaka Putih, Jakarta, 5 Oktober lalu. Dalam kongres tersebut, pemimpin Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal didapuk menjadi Presiden Partai Buruh periode 2021-2026.

Dalam konferensi pers jelang kongres, Said sempat menyebut Partai Buruh merupakan kelanjutan dari partai bentukan Muchtar Pakpahan. Muchtar ialah tokoh buruh nasional pendiri KSBSI dan Partai Buruh Nasional (PBN).

Bedanya dengan yang lama, kata Said, Partai Buruh yang baru didukung lebih banyak organisasi buruh. "Partai Buruh yang baru didukung Serikat Petani Indonesia, empat konfederasi serikat buruh di tingkat nasional, 50 federasi serikat buruh di tingkat nasional, forum guru," kata Said.