Tiga tantangan penegakan HAM pada 2020

Salah satu tantangan terbesar dalam penegakan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia pada 2020 adalah oligarki politik.

Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan menggelar aksi Kamisan di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (7/11). / Antara Foto

Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid memprediksi ada tiga tantangan yang akan dihadapi terkait penegakan hak asasi manusia (HAM) pada 2020. Tantangan pertama adalah kuatnya oligarki di dalam sistem politik Indonesia.

Dalam hal ini, oligarki yang dimaksudnya adalah mereka yang memiliki kekayaan material luar biasa, menguasai partai politik dan kelembagaan pemerintah, serta media massa. Efeknya untuk HAM, dia mengatakan oligarkilah yang menikmati sumber daya alam (SDA) di Indonesia.

"Itu kita lihat dalam Undang-Undang sumber daya air, UU mineral dan batu bara. Kita (juga bisa) lihat dalam konsesi-konsesi tambang baru di Freeport atau di Papua pada umumnya, banyak tambang baru emas di sana, (dan) perkebunan sawit yang diekspansi," ujar Usman di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (7/12).

Tantangan kedua adalah lemahnya penegakan hukum. Menurutnya, apabila sistem tidak diperbaiki, maka tidak ada kontrol terhadap kekuasaan.

Sisi lain, dalam tantangan kedua, Usman mencontohkan kasus pembunuhan aktivis Munir Said Thalib atau penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan tidak akan pernah selesai apabila penegakan hukum masih lemah.