Figur politik bermasalah, politik Indonesia bisa terus gaduh

Tidak ada jaminan kalau presiden yang menjabat selama lima tahun bisa benar-benar memakmurkan rakyatnya atau menjaga stabilitas negara.

Galeri literasi demokrasi di KPU Solo/ Antara Foto

Kegaduhan politik menjelang pemilu umum mulai terasa. Berita bohong atau hoaks mulai merajalela di laman media sosial dan aplikasi pesan. Sebutan kata-kata yang tidak santun seperti 'cebong' hingga 'onta' kerap ditemukan di lini media sosial.

Belum lagi, ribut-ribut antara anggota partai politik. Mulai dari mahar politik, hingga saling mengklaim sebagai pemimpin yang sah. Hal ini turut menambah kegaduhan demokrasi negara hingga saling sindir politikus.  

Kegaduhan dan ketegangan politik tersebut dinilai Pengamat Politik Indria Samego karena Indonesia saat ini memiliki masalah tentang figur politik. Indria kemudian membandingkan dengan Amerika Serikat (AS) yang dinilai lebih matang secara demokrasi. 

"Situasi Pemilihan Presiden tenang-tenang saja, meskipun lima tahun sekali. Malah ada kemajemukan dan melahirkan kontestasi," kata Indria. Padahal di Amerika kata Indria, Pilpres di Amerika tidak dipersiapkan benar-benar seperti Indonesia. Sehingga tidak menimbulkan was-was. Seharusnya, menurut Indria situasi di Indonesia biasa saja.

Memang proses perubahan dari otoritarianisme menuju demokrasi. Misalnya, belum bisa netral dan prosesnya terbilang mahal. Apalagi masih banyak persoalan terkait perubahan tersebut.