Mengantisipasi munculnya caleg-caleg "gila" di Pemilu 2024

Jumlah caleg yang menjadi peserta Pemilu 2024 naik signifikan. Gangguan jiwa pascapemilu rentan dialami caleg yang gagal.

Ilustrasi caleg depresi. Alinea.id/Aisya Kurnia

Mengutak-atik komputer dan belajar ilmu komunikasi jadi kegiatan sehari-hari Delianur di Riyadh, Arab Saudi, sejak beberapa tahun lalu. Dua kali gagal sebagai caleg DPR RI pada Pemilu 2014 dan 2019, Delianur memutuskan memulai hidup baru di negeri kaya minyak itu. 

"Saya kalah karena saat itu saya masih baru dalam dunia politik dan belum memahami strategi kampanye yang efektif pada Pemilu 2014," kata Delianur saat berbincang dengan Alinea.id, Sabtu (12/8). 

Saat ini, Delianur sibuk bekerja paruh waktu dan mengambil kuliah ilmu komunikasi secara daring di Riyadh. Ia masih ingat jelas pahitnya kekalahan dalam kompetisi elektoral di pentas pileg. Ia bahkan sempat depresi setelah tahu gagal melenggang ke Senayan. 

"Pada Pemilu 2019, saya menghabiskan sekitar Rp2 miliar untuk bertarung di dapil Jabar II yang mencakup Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat," ungkap eks pegawai di Kementerian Koordinator Perekonomian itu. 

Delianur memutuskan nyaleg setelah diajak Hatta Rajasa sebelum Pemilu 2014. Ketika itu, Hatta menjabat sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) dan Menko Perekonomian. Ia mengaku kepincut lantaran dijanjikan dapil yang mudah ditaklukkan.