sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pameran tunggal Xu Bing maknai hidup seperti rokok

Xu Bing dinilai berhasil menyampaikan pesan hidup dalam bentuk karya seni.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Minggu, 10 Nov 2019 06:00 WIB
Pameran tunggal Xu Bing maknai hidup seperti rokok

Perupa asal Tiongkok, Xu Bing menggelar pameran tunggal di Museum of Modern and Contemporary Art Nusantara (MACAN). Dalam pameran tersebut, pria berumur 64 tahun itu mencoba mempertunjukan sejumlah karya terbaik selama 40 tahun perjalanan karirnya.

Mengusung tajuk "Xu Bing: Thought and Method," pameran ini perdana digelar dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. 

Setidaknya, sekitar 60 karya terbaik berupa: lukisan, film, dan materi arsip dihadirkan oleh sarjana lulusan Central Academy of Fine Arts (CAFA) itu.

Dari puluhan karyanya, dikategorikan menjadi enam jenis. Keenamnya yakni: Book from the Sky, Honor and Splendor, Square World Caligraphy, A Case Study of Transference, Back From the Ground Studio, serta Dragonfly Eyes. 

Melalui karya tersebut, Xu Bing mencoba menghadirkan ragam budaya dan sejarah Tiongkok. Ini terlihat dari salah satu jenis karyanya, Book from the Sky. 

Karya tersebut, berupa susunan aksara bercorak mandarin yang tidak memiliki makna dan arti. Huruf tersebut, dicetak di atas kertas yang menjulur panjang. Hanya saja yang unik, pencetakan huruf itu dilakukan Xu Bing dengan metode kuno.

Melalui karya tersebut, Xu Bing mencoba merespons sejarah bahasa tulis Tionghoa, yang berkamuflase seiring perkembangan zaman. Sebagai informasi tambahan, Book from the Sky, dibuat dalam rentang 1987-1991.

 

Penyadaran Manusia

Salah satu karya Xu Bing yang memukau lainnya yakni Honor and Splendor. Karya tersebut berupa susunan batang rokok yang menyerupai karpet bercorak kulit harimau. 

Dalam menyusun proyek ini, Xu Bing memerlukan 660.000 batang rokok untuk menghasilkan instalasi berukuran 40 kaki.

Mengapa rokok? 

Rupanya seniman kontemporer itu memaknai kehidupan manusia sama seperti rokok, yang akan berakhir menjadi abu. 

Melalui karya ini, Xu Bing mencoba mengkritisi bisnis industri rokok. Salah satunya, praktik iklan yang dianggap ironi lantaran mempromosikan kandungan zat berbahaya pada masyarakat.

Karya film berjudul Dragonfly Eyes juga tak kalah memukau dengan karya lainnya. Pasalnya, film itu merupakan cuplikan realitas peristiwa yang terekam dari berbagai kamera pengawas di negeri Tiongkok. Karena itu, film tersebut tidak memiliki pemeran utama.

Namun, Xu Bing memusatkan fokus gender perempuan yang dinamakan Dragonfly. 

Dragonfly digambarkan sebagai perempuan masa kini yang kerap menghalalkan segala cara untuk dapat terlihat cantik. Plot film itu, terinspirasi dari pemberitaan mengenai salah satu pria, yang menceraikan istrinya lantaran telah melahirkan anak berwajah buruk.

Melalui Dragonfly Eyes, Xu Bing mencoba menggambarkan suatu persoalan akan kemajuan teknologi. Seperti, runtuhnya batasan realitas dengan fiksi, serta ruang publik dan privat. Film tersebut merupakan buah dari gagasan Xu Bing, yang menganggap dunia merupakan sebuah studio film raksasa.

Dalam menggarap proyek tersebut, Xu Bing menghabiskan waktu dua tahun sejak memulainya pada 2013. Setidaknya, dia telah mengumpulkan cuplikan rekaman kamera pengawas sekitar 10.000 jam, untuk menghasilkan karya berdurasi 83 menit.

Seniman kontemporer itu, mengajak para pengunjung untuk menikmati karyanya dengan cara unik. Salah satunya, mengajak para pengunjung untuk merefleksikan sejumlah persoalan yang tengah terjadi dalam kehidupan.

Salah satu pengunjung, Andre Stevanus menilai, Xu Bing telah berhasil menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk karya seni. Karena itu, dia berharap eksibisi seniman kontemporer itu dapat digelar di kota lain.

"Menurut saya, seni itu salah satu cara untuk menyadarkan manusia dari segala masalah kehidupan. Jadi, sayang banget kan kalau pameran seperti ini hanya untuk dinikmati untuk warga Jakarta dan sekitarnya," ungkap Stevanus, saat ditemui Alinea.id, di Museum MACAN, Jakarta Barat, Sabtu (9/11).

Menikmati karya Direktur Komite Akademik CAFA, dapat menjadi sarana hiburan alaternatif saat akhir pekan ini. Xu Bing: Thought and Method, dapat disaksikan di Museum MACAN. Pameran itu, berlangsung dari 31 Agustus 2019 hingga 12 Januari 2019.

 

Berita Lainnya
×
tekid