sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

5 Faktor penyebab pasar saham dan obligasi bakal melonjak

Pasar saham dan obligasi diproyeksi bakal melonjak, dengan catatan harus memperhatikan lima faktor berikut.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Minggu, 16 Sep 2018 22:22 WIB
5 Faktor penyebab pasar saham dan obligasi bakal melonjak

Pasar saham dan obligasi diproyeksi bakal melonjak, dengan catatan harus memperhatikan lima faktor berikut.

PT Manulife Asset Management Indonesia memprediksi pasar saham dan obligasi akan tumbuh dan mengakhiri laju penurunan sejak awal tahun (year-to-date/ytd). Kendati demikian, ada lima faktor yang harus dipenuhi.

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana mencatat, hingga akhir Agustus lalu, kinerja pasar saham di Tanah Air turun 5,31% ytd, dan obligasi turun 4,79%. Dia menilai, penurunan yang terjadi pada pasar finansial Indonesia tahun ini, lebih disebabkan oleh faktor sentimen bukan semata faktor fundamental.

Namun, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Beberapa negara lainnya di kawasan Asia juga mengalami pelemahan baik di pasar finansial maupun nilai tukar mata uang.

"Beberapa sentimen yang dimaksud di antaranya normalisasi kebijakan moneter dari Amerika Serikat, konflik dagang yang berkepanjangan, serta adanya kekhawatiran mengenai emerging market risk off sentiment," kata Krizia dalam market update yang diterima Alinea.id, Minggu (16/9).

Adapun lima faktor yang akan membawa pasar saham ke arah positif di antaranya, pertama, jika lebih ada kepastian dalam hal eksternal terkait konflik dagang dan normalisasi dari kebijakan moneter AS.

Kedua, kebijakan aktif dari Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, ketiga kondisi fiskal yang saat ini sudah jauh lebih sehat. Di mana kenaikan pendapatan negara berada jauh di atas biaya dari belanja negara.

"Per 31 Juli 2018, penerimaan dari pajak tumbuh 14% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan belanja negara sekitar 7% per tahunnya. Di samping itu, RAPBN di 2019 lebih kredibel dan memiliki semacam perhatian khusus dalam menunjang daya beli masyarakat," terangnya.

Sponsored

Keempat, valuasi dari pasar saham Indonesia yang semakin atraktif, di mana kalau dilihat, posisi investor asing terhadap pasar saham Indonesia boleh dikatakan lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga diharapkan tekanan jual asing pun juga akan berkurang.

Kelima, situasi politik yang lebih kondusif untuk saat ini. Secara umum pasar negara berkembang, khususnya Indonesia akan diuntungkan dari stimulus ekonomi China dan jika ada perubahan nada kebijakan dari The Fed.

Sementara itu, Krizia menilai imbal hasil obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah semakin atraktif, di mana saat ini spread antara imbal hasil obligasi pemerintah mata uang rupiah dengan US Treasury tenor 10 tahun berkisar antara 500–550 bps, jauh di atas rata–rata selama satu tahun terakhir sekitar 420 bps.

"Berkurangnya penerbitan dalam obligasi mata uang rupiah bisa jadi katalis positif bagi pasar obligasi, dimana di tahun ini pemerintah menurunkan target penerbitan sebesar Rp23,5 triliun, dan juga rencana penerbitan global bond di bulan September dapat mengurangi tekanan penerbitan obligasi denominasi rupiah sekaligus meningkatkan cadangan devisa Indonesia," jelasnya.

Selain itu, perubahan outlook dari kebijakan suku bunga The Fed yang tidak seagresif dibandingkan perkiraan sebelumnya, bisa menjadi salah satu katalis bagi pasar obligasi Indonesia.

Berita Lainnya
×
tekid