sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Celah bisnis musiman saat pandemi tak kunjung usai

Beragam bisnis alternatif menyambut Ramadan dan Lebaran lahir dengan mengusung isu kesehatan dan ramah lingkungan.

Qonita Azzahra
Qonita Azzahra Senin, 05 Apr 2021 17:57 WIB
Celah bisnis musiman saat pandemi tak kunjung usai

Bulan Ramadan akan tiba dalam hitungan hari. Di Indonesia, bulan suci ini tak hanya identik dengan kegiatan-kegiatan ibadah untuk memperoleh rida Ilahi. Ragam bisnis alternatif pun lahir kala Ramadan dan Lebaran yang masih dalam bayang-bayang pandemi Covid-19. 

Ialah Andres Prasetya yang memutuskan untuk mengubah bisnis hantarannya, dari yang semula berisikan kue-kue kering khas Lebaran menjadi berisi APD (Alat Pelindung Diri). 

“Tahun lalu, pesanan yang biasanya masuk sampai 4.200 paketan, itu cuma bisa dapet 1.200 paket. Turun drastis,” keluhnya, kepada Alinea.id, Jumat (2/4). 

Setelah mengalihkan produknya menjadi parsel APD, bisnis yang telah digelutinya sejak beberapa tahun belakangan itu kian melejit. Kini, warga Blitar, Jawa Timur itu tak hanya menjual APD, seperti hand sanitizer, masker dan kacamata google saja.

Ia juga mengkombinasikan paket itu dengan kue kering atau peralatan makan, seperti botol air minum, sendok, garpu serta sumpit, dan masih banyak lagi. Tahun ini, pihaknya menambah inovasi produk dengan mengemas alat ibadah, seperti sajadah, mukena, sarung, dan al-qur'an dengan APD.

“Enggak nyangka juga kalau setelah diubah ke APD malah jadi ramai pesanannya,” kata pemilik workshop berlabel Excellent ini.

Bahkan, saking ramainya usaha hampers APD itu, membuatnya merekrut sekitar 20 orang tetangga kampungnya untuk membantu mengemas produk. Andres mematok satu kotak hampers dengan harga Rp95.000 hingga Rp750.000. 

Harga itu tergantung dari masing-masing paket dan kerumitan pengemasannya. Adapun untuk konsumen, Andres mengaku, saat ini pembelinya tak hanya berasal dari Jawa Timur saja, melainkan juga dari berbagai wilayah Indonesia.

Sponsored

Lain halnya dengan Andres,  Fitria Chairani baru memulai bisnis hantarannya di awal pandemi, atau sekitar April tahun lalu. Berawal dari bisnis jamu, ibu dua anak ini lantas mencoba peruntungannya dengan menambah jenis produknya, yakni kue kering. 

“Karena itu bertepatan juga dengan Ramadan, jadi lumayan lah yang pesan,” kisahnya, kepada Alinea.id, Minggu (4/4).

Wanita 35 tahun itu juga membuat paket yang berisikan keperluan new normal, seperti masker, handsanitizer, face shield, hingga peralatan makan. Kemudian, agar menarik minat lebih banyak konsumen, dia juga mengemas produknya menjadi paket hampers

Tak sia-sia, produk dengan kemasan cantik menggunakan anyaman bambu, rotan hingga enceng gondok semakin laris manis. Pengusaha asal Yogyakarta itu bisa menarik konsumen, tak hanya dari perorangan saja, namun banyak pula pesanan yang berasal dari perusahaan-perusahaan besar, seperti Maybank, Permata Bank, PT SMF (Persero) dan masih banyak lagi.

Tidak hanya itu, saat Lebaran tahun lalu, dirinya dapat mengantongi omzet sekitar Rp150 juta. Sedangkan untuk bulan-bulan biasa, toko yang bernama @newnormalgift.id itu bisa meraup penghasilan sekitar Rp20 juta sampai Rp30 juta per bulan. 

 

 

“Itu dari marketplace aja, kan kita ada di Shopee. Kalau dengan penjualan yang lain, bisa sampai Rp100 (juta),” ungkap pengusaha yang sebelumnya bekerja di bidang pengembangan desa wisata itu.

Pasar eco-friendly

Masih berupa hampers, bisnis baru berupa paket alat makan eco-friendly juga tak kalah menarik untuk dijadikan ladang cuan. Bisnis ini juga turut mendukung program pemerintah untuk mengurangi sampah plastik. 

Arsy Tesalonika misalnya. Ia mulai menggeluti bisnis hampers alat makan ramah lingkungan. Pengusaha 25 tahun itu memadukan paket hantarannya yang berupa alat makan, kotak makan, sedotan stainless steel, hingga gelas lipat dengan masker. 

“Tujuan awal saya memang ingin provide produk yang eco-friendly, harganya terjangkau dan banyak digunakan di masa pandemi. Karena saya lihat juga, di masa pandemi sampah plastik meningkat,” ujarnya kepada Alinea.id, Minggu (4/4).

Wanita yang pernah bekerja di Jerman itu bilang, penjualan paket hampersnya akan meningkat di masa-masa tertentu, seperti Natal, Tahun Baru, hari Valentine, dan Hari Raya Paskah. Dia juga yakin, produk hantarannya akan mengalami peningkatan pemesanan pada Ramadan dan Lebaran tahun ini.

Adapun konsumennya tak terbatas pada pembeli eceran atau perorangan saja, melainkan juga dari berbagai perusahaan. Dengan banyaknya pesanan, setidaknya toko yang diberi nama @ecofriendly.greenaple ini bisa mencatatkan pesanan rata-rata 300 paket per bulan. Bahkan, dengan modal awal usaha sekitar Rp1 juta, saat ini usaha yang digelutinya sejak pertengahan tahun lalu itu sudah bisa mengantongi omzet hingga Rp20 juta.

“Kalau pas rame bisa lebih dari itu,”imbuhnya.

Selain paket APD dan alat makan ramah lingkungan, hampers jamu dan suplemen bisa menjadi pilihan lain. Seperti halnya @mamabuzz, toko online yang berfokus pada penjualan jamu dengan kemasan kekinian. 

 

 

Pundra, pemilik @mamabuzz, mengatakan pihaknya memulai bisnis ini karena menyadari peluang bisnis jamu cukup besar di kala pandemi. Bagaimana tidak? Pandemi Covid-19 praktis membuat masyarakat membutuhkan makanan atau minuman yang dapat menunjang sistem imun mereka. 

Seiring dengan hal itu, pihaknya juga ingin memperkenalkan minuman khas Indonesia yang bisa memiliki rasa tak kalah dengan minuman-minuman kekikinian. 

“Sekalian juga memperkenalkan kalau di Indonesia itu banyak rempah-rempah yang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” kata pengusaha yang juga seorang mahasiswa itu, Minggu (4/4).

Wanita 24 tahun itu, merinci pihaknya menjual paket hantaran jamu dengan harga beragam, mulai dari Rp50.000 hingga Rp100.000. Selain itu, dia juga menjual jamu dengan kemasan 1 liter, dengan harga Rp40.000 sampai Rp100.000, tergantung botol kemasan yang digunakan. 

“Penjualannya lumayan, tapi paling banyak memang kalau hampers itu dipesan untuk mereka yang kena Covid-19,” jelas Pundra.

Sama halnya dengan Pundra, Choirunnisak Fauziati, pemilik @happi.hampers juga memulai bisnis usaha hampers suplemen untuk membantu masyarakat meningkatkan imunitas tubuh di tengah pandemi. Dengan produk utama wedang uwuh, dia memadukan produknya dengan paket-paket kesehatan, seperti madu, jahe merah instan, garam Himalaya, habattussauda, hingga vitamin C. 

Selain itu, untuk menarik minat konsumen, ibu dua anak itu lantas mengubah kemasan produknya, yang semula hanya menggunakan besek, menjadi menggunakan keranjang rotan.

“Karena sekarang juga yang banyak pesan malah dari perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN,” urai dia kepada Alinea.id, Sabtu (3/4). 

Dengan modal awal sekitar Rp500.000, kini @happi.hampers dapat meraup omzet hingga Rp30 juta per bulan. Konsumennya berasal dari seluruh Indonesia, seperti Makassar, Aceh, Palembang, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. 

Sementara itu, selain melalui Instagram,  Choirunnisak juga memasarkan produknya melalui platform penjualan online. Ia mematok harga Rp200.000 hingga Rp1.500.000 untuk setiap paket. Selain itu, untuk menyambut Ramadan dan Lebaran 2021, dirinya juga mengeluarkan paket khusus dengan harga lain.

Kebutuhan pokok

Bisnis lain yang dapat dijajal dan memiliki peluang keberhasilan cukup tinggi, ialah berjualan paket sembako. Jika sebelumnya sembako hanya dijual eceran atau di dalam kardus, sekarang banyak orang juga lebih memperhatikan sisi estetikanya. Hal itulah yang mendasari @margomulyo.online memperluas jaringan bisnisnya ke usaha hampers.

Co-Founder @margomulyo.online Tatawisti mengungkapkan, usaha milik keluarga ini telah berjalan hingga tiga generasi. Namun, sebelumnya penjualan sembako hanya dilakukan secara eceran atau paket dengan kemasan kardus.

Margomulyo lantas memulai penjulan online dengan produk hampers sembako. Sasarannya, keluarga milenial yang cenderung memperhatikan estetika produk meski untuk barang sembako.

“Enggak di sangka, pesanan hampers sembako ini lumayan rame. Sejak tiga tahun lalu, meski ada pandemi, hampers sembako adalah salah satu bisnis yang enggak mati,” jelasnya, kepada Alinea.id, Sabtu (3/4). 

Apalagi, pandemi membuat masyarakat lebih berfokus untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka terlebih dulu. Tata bilang, setelah dijadikan hampers, penjualan sembakonya dapat mengalami kenaikan hingga 30%.

Konsumennya paling banyak berasal dari perkantoran, tempat-tempat usaha yang ingin memberikan parsel kepada karyawannya, hingga penjualan eceran. Bahkan, demi memenuhi permintaan konsumen dari seluruh Indonesia, saat ini dia sudah memiliki re-seller hingga 10 orang yang tersebar di daerah Jawa dan Jakarta.

Bisnis yang potensial

Meski masih diselimuti wabah Covid-19 seperti tahun 2020, bisnis makanan, fesyen muslim, hingga persewaan kendaraan diperkirakan akan tetap memiliki potensi untuk tumbuh. Bahkan, akan lebih besar dibanding tahun sebelumnya. 

“Kalau makanan, siapa yang sekarang enggak butuh makan? Mulai dari takjil, kue-kue kering, sampai katering Ramadan masih akan tetap jadi bisnis potensial,” kata Pengamat Marketing Yuswohady, saat berbincang dengan Alinea.id, Jumat (2/4).

Kue kering menjadi salah satu bisnis musiman yang marak saat Ramadan dan Lebaran. Foto Alinea.id/Kartika Runiasari.

Dia meyakini rendahnya daya beli masyarakat tak akan menghambat pertumbuhan bisnis fesyen muslim hingga persewaaan kendaraan pada Ramadan dan Lebaran tahun ini. Sebab, meski pemerintah telah mengeluarkan larangan mudik, banyak masyarakat yang akan tetap pulang ke kampung, demi bertemu keluarga terdekatnya. 

Hal itu tentu akan membuat bisnis rental mobil keluarga akan tumbuh lebih tinggi dibanding 2020 lalu. Hal yang sama juga diperkirakan akan berlaku pada bisnis otomotif, baik penjualan mobil baru maupun mobil bekas.

Sebaliknya, bagi mereka yang benar-benar tak bisa pulang kampung, mengirim uang, barang, hingga makanan menjadi solusi alternatif untuk menunjukkan perhatian kepada keluarga, kerabat, atau bahkan teman sejawat.

“Makanya, jasa pengiriman uang, pembuatan parsel atau hampers juga akan jadi bisnis yang menguntungkan di saat pandemi ini,” ujarnya. 

Selain itu, ada pula bisnis-bisnis baru yang bermunculan di kala pandemi. Beberapa diantaranya seperti parsel alat pelindung diri (APD) atau new normal kit, jamu, suplemen dan herbal, hingga bisnis alat ibadah. 

Yuswohady bilang, pagebluk Covid-19 membuat masyarakat semakin sadar akan gaya hidup sehat. Itulah yang membuat bisnis-bisnis baru tersebut banyak diincar oleh konsumen.

“Karena selain ingin menjaga kesehatan diri sendiri, masyarakat juga ingin menjaga kesehatan orang-orang di sekitar mereka, kayak keluarga atau teman,” jelasnya.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid