sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Anggota Komisi VI DPR pertanyakan komitmen pemerintah moratorium pabrik semen

Indonesia mengalami over supply semen sebanyak 50 juta ton, sehingga tak akan memerlukan pembangunan pabrik semen baru hingga 2030.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Jumat, 10 Jun 2022 16:07 WIB
Anggota Komisi VI DPR pertanyakan komitmen pemerintah moratorium pabrik semen

Anggota Komisi VI DPR Fraksi Gerindra Andre Rosiade melemparkan pertanyaan kepada Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terkait komitmen moratorium pabrik semen di Indonesia.

Menurut Andre, Indonesia saat ini mengalami over supply semen sebanyak 50 juta ton, sehingga tak akan memerlukan pembangunan pabrik semen baru hingga 2030. Andre pun menagih janji Bahlil soal moratorium tersebut yang dikhawatirkan mengganggu produktifitas industri semen lokal yang keberadaannya mulai terlibat dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

“Bapak janji moratorium semen, tetapi kenapa pabrik semen di Aceh dan Kalimantan masih berjalan? Saya khawatir aktivitas produksi pabrik di Kaltim ganggu industri semen dalam negeri yang lagi eksis untuk IKN,” tanya Andre dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI dengan Menteri Investasi/Kepala BKPM RI, Jumat (10/6).

Menjawab pertanyaan Andre, Bahlil pun menunjukkan hasil laporan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang sudah ada di tangannya. Berdasarkan laporan BPKP, Bahlil mengakui Indonesia masih mengalami surplus.

“Laporan BPKP sudah ada. Benar, hasil BPKP Indonesia masih terjadi surplus semen sebanyak 40 juta metrik ton,” jawab Bahlil.

Bahlil juga menyatakan bahwa pihak yang menginisiasi adanya moratorium adalah BKPM, bukan dari kementerian lain. Sedangkan terkait beroperasinya pabrik semen di Kalimantan Timur, Bahlil menegaskan hal itu sudah diberikan izin sebelum adanya keputusan moratorium.

“Itu saya berikan izin sejak sebelum adanya keputusan moratorium. Kenapa? Karena dia masuk dalam investasi mangkrak Rp708 triliun. Dan itu dikomitmenkan, 80% hingga 90% untuk ekspor,” ujarnya.

Menurut Bahlil, proporsi komitmen tersebut merupakan bagian dari perizinan. Bila tidak dijalankan dan produksi semen pabrik tersebut membanjiri semen dalam negeri, maka diperlukan pemeriksaan dan peninjauan ulang perizinan pabrik semen tersebut.

Sponsored

Menjawab produksi semen di pabrik Aceh, Bahlil juga menyatakan jika itu masih persiapan.

“Untuk pabrik di Aceh, itu baru persiapan. Belum pabriknya. Untuk menuju pabrik semen, itu ada tahapannya lima sampai enam tahun,” pungkas Bahlil.

Berita Lainnya
×
tekid