sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kenaikan cukai rokok berpotensi tambah kemiskinan di Jatim

Aturan yang ditetapkan oleh pemerintah hendaknya memperhatikan nasib jutaan petani tembakau.

Adi Suprayitno
Adi Suprayitno Sabtu, 18 Jan 2020 12:40 WIB
Kenaikan cukai rokok berpotensi tambah kemiskinan di Jatim

Kenaikan cukai rokok sebesar 23% berpotensi menambah angka kemiskinan di Jawa Timur, jika pemerintah tidak melakukan langkah-langkah preventif, terutama ke petani tembakau.

Anggota Komisi B DPRD Jatim, Chusainuddin menegaskan, ratusan industri rokok kretek bisa gulung tikar, dan jutaan petani tembakau menjadi pengangguran. Untuk itu, pemerintah harus berhati-hati ketika kebijakan tersebut diterapkan. 

Menurutnya, industri nasional hasil tembakau tengah dalam masa recovery, menyusul diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 156 Tahun 2018 yang lebih memberikan rasa keadilan bagi petani tembakau dan IHT. Industri rokok menilai PMK 156/2018 adalah regulasi yang terbaik.

"Penerapan penggabungan volume produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Putih Mesin (SPM) juga disorot oleh Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI)," ujarnya, Sabtu (18/1).

Penggabungan SKM dan SPM dinilai oleh Ketua Umum APTI Agus Parmudji dapat memberatkan industri rokok dan petani tembakau. Mengingat akan membunuh industri kretek nasional dan jutaan petani tembakau.

"Pemerintah sebaiknya mempunyai simpati atas permasalahan yang dihadapi kalangan industri dan petani tembakau," pintanya.

Politisi asal PKB itu mengaku sangat prihatin dengan situasi seperti saat ini karena nasib keberlangsungan para petani tembakau di Jawa Timur harus diperhatikan. Maka, apapun aturan yang ditetapkan oleh pemerintah hendaknya memperhatikan nasib jutaan petani tembakau.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur meliris angka kemiskinan per September 2019 turun menjadi 10,20% atau menyisakan 4,056 juta jiwa, dari sebelumnya periode Maret 2019 sebesar 10,37%. 

Sponsored

Sementara Kepala Bidang Statistik Sosial Asim Saputra mengatakan, selama ini kemiskinan masih banyak terjadi di pedesaan. Jika dibandingkan perkotaan kemiskinannya hanya 6,77% atau setara 1,44 juta jiwa. Sementara kemiskinan di pedesaan dua kali lipatnya yakni 14,16% atau 2,62 juta jiwa. 

Pada Maret 2020, BPS memprediksi angka kemiskinan di Jatim bisa menurun lagi satu digit. Mengingat selama Maret angka kemiskinan bisa menurun lebih dari 0,3%. Hal itu bisa terlihat pada Maret 2019 kemiskinan turun 0,49%. 

"Kenaikan cukai rokok diharapkan tidak berimbas pada kemiskinan. Karena rokok kretek filter masih menempati posisi kedua setelah beras dalam menyumbang angka kemiskinan," tuturnya. 

Data BPS Jatim, beras sumbangan terhadap garis kemiskinan di perkotaan 24,06% dan di pedesaan 26,12%. Sementara untuk rokok kretek filter di perkotaan 9,69% dan di pedesaan kontribusinya 9,86%. 

"Kecuali itu (cukai rokok) mendorong orang menahan konsumsi. Tetapi kalau malah membuat semakin miskin, itu malah repot. Karena kan itu adiktif yang orang tidak bisa berhenti mendadak," urainya. 

Berita Lainnya
×
tekid