sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

KNEKS: Digitalisasi menjadi kunci perkembangan ekosistem ekonomi syariah

Melihat saat ini mayoritas jumlah konsumennya adalah generasi milenial.

 Kania Nurhaliza
Kania Nurhaliza Senin, 11 Okt 2021 17:42 WIB
KNEKS: Digitalisasi menjadi kunci perkembangan ekosistem ekonomi syariah

Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) menggelar acara diskusi virtual pada, Senin (11/10) pukul 13.00 WIB. Diskusi ini membahas topik mengenai strategi Indonesia menjadi pemain, hingga menjadi raja di industri kelas dunia. Seiring dibukanya kembali pintu-pintu masuk negara, serta keran ekspor impor kembali mengalirkan barang. Begitu pula dengan pertumbuhan industri halal.

Pada kesempatan ini, Direktur Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah Ventje Rahardjo memaparkan terkait perkembangan ekosistem ekonomi syariah. Menurutnya perkembangan ekosistem produk halal ini, merupakan sesuatu yang tidak hanya potensial. Tetapi, juga sesuatu yang  memberikan layanan kepada masyarakat Indonesia untuk dapat berada di kondisi yang lebih baik dalam menjalankan syariat agamanya.

“Itu merupakan dua hal yang sangat penting. Ekonomi produk halal di dunia juga meningkat luar biasa, dan di Indonesia, kita masih berputar sebagai konsumen. Oleh sebab itu, pemerintah memutuskan untuk mendirikan yang disebut Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) di Indonesia, jadi demikian besar perhatian pemerintah untuk perkembangan ekonomi dan keuangan syariah,” jelas Ventje Rahardjo dalam diskusi tersebut, Senin (11/10).

Ventje Rahardjo juga mengatakan, salah satu pilar yang penting di dalam pengembangan ekonomi syariah adalah, perkembangan produk industri halal. Di samping itu, ada tiga pilar yang lain, yaitu, pengembangan jasa keuangan syariah, pengembangan jasa keuangan sosial syariah, dan juga pengembangan dari wiraswastanya, seperti dari para pelaku usahanya sendiri dalam ekonomi syariah. 

“Itu kami melihatnya di dalam ekosistem di mana keempat pilar tersebut. Kami harapkan saling terintegrasi satu dengan lainnya. Kami juga harus mendorong infrastrukturnya. Misalnya berbicara bagaimana membangun sumber daya manusianya untuk membangun ekonomi syariah ini,” ujar dia.

Selain itu, Ventje Rahardjo juga menekankan untuk melakukan pendalaman terkait proses digitalisasi ekonomi syariah ini. 

"Kami beranggapan, kalau ekonomi syariah dijadikan sebagai digital ekonomi, maka dia akan mempunyai daya saing yang cukup terhadap ekonomi syariah itu sendiri. Jadi digitalisasi saat ini sangat diperlukan sekali,” tegasnya

Dengan demikian, digitalisasi bisa menjadi kunci untuk perkembangan ekosistem ekonomi syariah, melihat saat ini mayoritas jumlah konsumennya adalah generasi milenial. Kemudian bagaimana support pihak-pihak lain terhadap perkembangan ekosistem ekonomi syariah ini. Mulai dari akademi, regulator, pelaku usaha, sektor keuangan, dan perbankan. 

Sponsored

Ventje Rahardjo mengatakan, dengan adanya KNEKS membuat semua pihak bersemangat dan saat ini mempunyai satu tempat untuk bersinergi dengan yang lainnya. Bersinergi membuat suatu rancangan kerja yang didasarkan kepada masterplan pengembangan ekonomi syariah. 

"Masterplan ini sudah kami luncurkan di 2019, dan insya Allah kami selesaikan di 2024. Cita-citanya memang ingin mendorong Indonesia menjadi salah satu pusat ekonomi syariah yang besar,” kata Ventje Rahardjo

Sementara Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, mengemukakan landasan menggunakan produk halal.  

“Menjadi seorang muslim itu, bukan hanya sekedar salat, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah mengonsumsi produk-produk halal. Apa artinya kita salat, apalah artinya KTP muslim, tetapi setiap hari mengonsumsi sesuatu yang haram. Itu tidak ada artinya. Oleh karena itu, saya ingin memberikan apresiasi yang luar biasa kepada pemerintah kita sekarang ini, terutama kepada Pak Wapres dan Menteri Perindustrian, karena benar-benar memberikan suatu fasilitas dan hak-hak nya untuk hidup layaknya sebagai seorang muslim, dan tanpa menunggu umat yang beragama lain,” jelas Nasaruddin Umar.

Nasaruddin Umar mengatakan, produk halal bukan hanya dari makanan ataupun minuman yang kita konsumsi saja, tetapi juga barang gunaan yang digunakan. Misalnya pakaian, tas, cosmetic, dan obat-obatan.

“Seperti sepatu yang saya gunakan. Misalnya saya membelinya di Italia, kulit luaran sepatu ini dari kulit sapi, tetapi dalamnya dari kulit babi. Bagi kita yang beragama Islam usahakan untuk menggunakan semaksimal mungkin produk halal itu setotal-totalnya. Seperti tas perempuan, kosmetik, itu kan barang gunaan, yang tidak dikonsumsi tetapi untuk digunakan,” tuturnya lagi

Oleh karena itu, Imam Besar Masjid Istiqlal menegaskan, literasi dan informasi tentang produk halal itu sangat penting.

“Informasi ini sangat penting, literasi apa itu halal untuk masyarakat kita perlu dilakukan. Jangan hanya dianggap bahwa halal itu hanya sebatas yang kita makan atau minum saja. Tetapi lebih dari itu. Maka dari itu, jaminan produk halal sangat penting. Apalagi terkait makanan, minuman dan barang gunaan,” tegas Nasaruddin Umar

Menurutnya saat ini, pemerintah telah memberikan pelayanan terhadap masyarakat, khusus umat muslim.

“Konsumen kita di Indonesia ini 90%, umat muslim, jadi penjaminan mengenai label halal menjadi hal utama, karena kalau tidak adanya label halal, siapa yang akan membeli produk itu. Kalau ada label halal, dijamin kita akan enak makan dan tenang, tidak ada keraguan terhadap produk tersebut,” pungkasnya.

Dokumentasi : 

Berita Lainnya
×
tekid