sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Koperasi, digemari dunia tetapi di Indonesia dikerdilkan

Gerakan koperasi di Indonesia mungkin masih dianggap remeh temeh, tidak lebih dari usaha kecil. 

Davis Efraim Timotius
Davis Efraim Timotius Rabu, 01 Sep 2021 08:20 WIB
Koperasi, digemari dunia tetapi di Indonesia dikerdilkan

Direktur Eksekutif Nusantara Center Yudhie Haryono mengatakan, Indonesia menjadi gersang terhadap ide dan gagasan Hatta, karena mengalami defisit agensi koperasi. Hal ini disebabkan kurangnya pembelajaran koperasi di sektor pendidikan. 

“Itu karena umumnya memang tidak menjadi mata kuliah dasar wajib di pendidikan formal, informal dan nonformal. Ketika kurikulum absen, ketika kurikulum minus maka tidak ada tradisi. Mendiskusikan gagasan Hatta di Indonesia seperti mendiskusikan sesuatu yang ada tetapi tidak ada, tidak ada tetapi ada,” ucap Yudhie Haryono dalam diskusi publik Memperingati Milad Bung Hatta Peluang dan Tantangan Koperasi di Masa Pandemi, Selasa, (31/8).

Dalam kesempatan yang sama, Ketua akses dan CEO INKUR Federation Suroto mengatakan, gerakan koperasi di Indonesia mungkin masih dianggap remeh temeh, tidak lebih dari usaha kecil. 

“Koperasi ini sebenarnya sudah digemari oleh seluruh bangsa di dunia, tetapi minus di Indonesia dikerdilkan tetapi di negara lain itu sangat besar. Banyak di Indonesia yang mungkin tidak tahu bahwa koperasi ini modular canggih yang digemari satu miliar rakyat dunia dan naik signifikan ketika krisis,” ujar Suroto.

Suroto mencontohkan, jika kita bisa mengoperasikan PLN saja, orang akan tahu manfaat koperasi dan apabila dimiliki negara dalam model BUMN atau state owned enterprise. Jadi orang tidak usah diajari kalau bisa membuktikan PLN bisa dikoperasikan dan manfaatnya apa.

“Itu langsung nyata, orang Indonesia tidak perlu dikasih pendidikan koperasi lagi seperti usulan Bung Yudhie Haryono, karena sudah langsung tahu apa bedanya koperasi dan bukan koperasi,” tegas Suroto.

Suroto setuju bahwa koperasi sudah diaborsi dari sebelum lahir, karena di dalam kampus koperasi tidak diajarkan sebagai mata kuliah wajib atau mata kuliah pilihan bahkan mungkin sudah dibuang sejak lama.

“Ini mengapa saya katakan koperasi itu sudah diaborsi dari sejak belum lahir, karena sebagai ilmu pengetahuan saja tidak dilihat. Kalau di kampus diajarkan tidak perlu ada pertanyaan mengapa koperasi tidak berkembang, karena mahasiswa akan tahu apa penyebab koperasi tidak berkembang dan apa yang seharusnya dilakukan,” ucap suroto.

Sponsored

Lebih lanjut Suroto mengatakan bahwa negara Amerika yang kita tuduh kapitalis, ternyata ekonomi domestiknya murni dikelola oleh sistem koperasi. Dari 300 besar koperasi sekitar 26% atau 77 berasal Amerika Serikat. Berdasarkan data terbaru dari International Cooperative Alliance, yang merilis setiap dua tahun sekali 300 koperasi besar dunia, sayangnya tidak ada satupun koperasi di Indonesia yang masuk.

“Ini perlu menjadi catatan, bahwa jadi cita-cita Bung Hatta masih jauh. Bung Hatta pada tahun 1951 pernah mengatakan bahwa koperasi adalah lawan tanding kapitalisme secara fundamental. Karena yang namanya koperasi yang dilihat adalah problem relasi sosialnya, dalam melihat manusia dan hubungannya sama kapital atau modal, jadi di dalam sistem koperasi manusia itu sebagai penentunya dan modal itu sebagai alat bantu bukan sebagai penentu,” ucap Suroto.

Menurutnya Koperasi adalah modular canggih untuk menciptakan keadilan ekonomi, jadi anggaplah koperasi sebagai tempat untuk berjihad menegakan konstitusi dan melawan ketidakadilan.
 

Berita Lainnya
×
tekid