sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menperin klaim industri pengolahan nonmigas beri kontribusi besar pada PDB

Pertumbuhan ini sejalan dengan laporan BPS yang mencatat industri pengolahan nonmigas menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Selasa, 08 Nov 2022 16:45 WIB
Menperin klaim industri pengolahan nonmigas beri kontribusi besar pada PDB

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, industri pengolahan nonmigas mengalami pertumbuhan sebesar 4,83% secara tahunan (yoy) pada triwulan III-2022. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun lalu yaitu 4,12% (yoy).

Pertumbuhan ini sejalan dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat industri pengolahan nonmigas menjadi sektor yang konsisten dalam memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Tercatat kontribusi sektor manufaktur sebesar 16,10% (yoy) pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III-2022, dan ini naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 16,01% (yoy).

“Dengan adanya andil besar dari sektor industri manufaktur, ekonomi kita terus tumbuh positif, yang pada triwulan III-2022 mencapai 5,72% lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yaitu 5,45%. Bahkan naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu, sekitar 3,51%. Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat dibanding negara-negara lain,” jelas Agus dalam keterangan resmi tertulisnya, Selasa (8/11).

Agus merincikan, sektor industri yang mencatatkan kinerja pertumbuhan signifikan di triwulan III-2022 antara lain industri logam dasar yang naik 20,16%. Naiknya industri logam dasar ditopang oleh peningkatan produksi besi dan baja, serta naiknya permintaan dari luar negeri.

Sektor berikutnya adalah sektor industri mesin dan perlengkapan yang tumbuh menjadi 17,67%, diikuti industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik sebesar 12,56%, dan industri alat angkutan sebesar 10,26%.

“Pertumbuhan pesat di subsektor ini karena adanya kebijakan pemerintah meningkatkan permintaan domestik. Antara lain ketika kita melakukan relaksasi Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), yang dampaknya luar biasa terhadap market, dan juga program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) yang turut mendorong penyerapan produk dalam negeri,” tambah Agus.

Sedangkan di sisi lain, terdapat beberapa subsektor industri yang terindikasi melemah karena perekonomian global yang tidak pasti. Subsektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, industri farmasi dan obat tradisional, industri barang galian bukan logam, serta industri furnitur.

“Kita akan kembalikan lagi kinerjanya agar lebih baik. Melambatnya ini antara lain karena permintaan dari luar negeri terganggu karena tekanan ekonomi global, khususnya di Eropa. Selain itu, inputnya yang cukup tinggi, berkaitan bahan baku baik ketersediaan maupun harga. Salah satunya karena menguatnya Dollar Amerika Serikat (AS),” tandas Menperin. 

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid