sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemerintah dorong produsen gula memproduksi produk sampingan

Untuk itu, pemerintah akan berupaya mendorong perluasan perkebunan tebu untuk peningkatan produksi gula.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Kamis, 09 Jun 2022 20:04 WIB
Pemerintah dorong produsen gula memproduksi produk sampingan

Kondisi perekonomian Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan positif. Hal itu berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan ekonomi di triwulan I-2022 terhadap triwulan I-2021, yang naik sebesar 5,01% year on year. 

Pertumbuhan ini juga diiringi pada sektor industri dan sektor pertanian. Pada sektor industri, khususnya makanan dan minuman yang berkaitan dengan industri gula, tercatat 3,75%. Sedangkan pertanian naik sebesar 1,16%.

Meski demikian, rupanya konflik geopolitik Ukraina dan Rusia yang memengaruhi pada sejumlah harga komoditas dunia dan juga memberi dampak terhadap harga komoditas dalam negeri seperti jagung dan kedelai. Sehingga, pemerintah pun memberikan sejumlah insentif pada peternak dan pengrajin agar tetap produktif.

Selain insentif, upaya pemerintah untuk menjaga pasokan dan harga sembilan komoditas dalam negeri yang meliputi beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging ruminasia (hewan pemamah biak), daging unggas, serta cabai juga terus dilakukan. Salah satunya pada komoditas gula dalam negeri.

Khusus untuk gula, saat ini, harga gula sedikit mengalami kenaikan yakni berkisar di Rp14.000 hingga Rp14.500. Hal ini masih diwajarkan karena masih dalam fase pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

"Alhamdulillah harga gula bisa terjaga walau lebih tinggi dari biasanya, tetapi wajar karena semua mengalami kenaikan. Kendati tidak separah awal pandemi 2020 dengan harga mencapai Rp20.000," jelas Deputi bidang Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah Machmud, dalam acara
"Musyawarah Nasional I Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo)", Kamis (9/6).

Bentuk upaya pemerintah untuk membangun perekonomian di sektor industri gula, salah satunya terdapat pada Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No.10 Tahun 2017 tentang fasilitas memperoleh bahan baku dalam rangka pembangunan industri gula.

Musdalifah, berharap Permenperin ini, bisa mendorong pabrik-pabrik gula baru muncul, dan membuat pabrik-pabrik lama merekonstruksi sistem manajemennya, sehingga produksi gula akan efektif.

Sponsored

Pada kesempatan yang sama, lima pabrik gula baru yang berusia dua hingga tiga tahun yang terdiri dari PT Rejoso Manis Indo di Kabupaten Blitar dan PT Kebun Tebu Mas di Lamongan, Jawa Timur. Lalu, PT Pratama Nusantara Sakti di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan; PT Muria Sumba Manis di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur; dan PT Prima Alam Gemilang di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara yang tergabung dalam Gapgindo, menyatakan siap ikut andil menjalankan pembangunan industri gula di Indonesia.

Gapgindo diketahui memiliki target besar untuk membangun kembali kejayaan pergulaan nasional dengan memanfaatkan inovasi teknologi dan pertambahan luas lahan. Gapgindo juga telah berkontribusi untuk
pemenuhan gula nasional sebanyak 18% dengan target 20% di 2024.

"Saya harap, dari lima pabrik gula baru ini ke depannya bisa bertambah. Dari 20% bisa memasok gula nasional menjadi 50%," pungkas Musdhalifah.

Musdhalifah berharap agar investasi yang dilakukan perusahaan gula bisa lebih dari 10 tahun. Sekaligus dapat mengembangkan industri gula nasional melalui perluasan kebun dan pembangunan pabrik gula baru.

Bahkan, Musdhalifah juga mendorong agar perusahaan anggota Gapgindo dapat memproduksi produk sampingan selain gula konsumsi untuk memperluas pangsa pasar.

Untuk itu, pemerintah akan berupaya mendorong perluasan perkebunan tebu untuk peningkatan produksi gula, melalui kerja sama dengan sejumlah BUMN. Di mana pemerintah akan memfasilitasi lahan BUMN yang idle atau belum dimanfaatkan agar bisa dijadikan perkebunan tebu

Berita Lainnya
×
tekid