Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mendorong Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk go public. Pelaksana Tugas Kepala Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD) DKI Jakarta Riyadi mengatakan dari 13 BUMD di Jakarta, baru satu perusahaan yang melantai di bursa, yakni PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJAA).
"Saat ini kan baru Ancol saja, ya kami ingin teman-temannya juga ikut listing di Bursa Efek Indonesia. Tapi kan prosesnya juga lama," ujar Riyadi kepada Alinea.id di Jakarta, Jumat (23/8).
Riyadi mengungkapkan, dalam waktu dekat sudah ada BUMD yang akan menawarkan saham perdananya (initial public offering/IPO). Saat ini, katanya, masih dalam proses untuk mendaftarkan diri ke OJK dan BEI.
"Kemungkinan Bank DKI akan listing. Ada juga anak PT Jakarta Propertindo (Jakpro), yakni PT Pulo Mas Jaya," ujar Riyadi.
Ia menargetkan, Bank DKI bisa listing di BEI pada 2020. "Mungkin tahun depan ya, tapi belum pasti juga. Mudah-mudahan sesuai harapan," katanya.
Bank DKI siap IPO
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Perusahaan Bank DKI Herry Djufraini mengonfirmasi Bank DKI Jakarta akan melepas saham ke publik dalam waktu dekat. Ia menargetkan Bank DKI dapat listing pada 2020 mendatang.
Herry mengaku, Bank DKI memang punya rencana IPO pada 2018 dan tahun ini. Namun, melihat kondisi pasar dan ekonomi Indonesia saat ini, pihaknya ragu untuk masuk dalam daftar listing BEI.
"Melihat kondisi pasar belum memungkinkan. Rencana sebelum dan sesudah pemilu tahun ini pun, kondisi ekonomi secara makro dan mikro belum bisa ditebak. Jadi menunggu waktu yang oke," ujar Herry.
Meski demikian, ia mengaku bahwa seluruh dokumen-dokumen untuk IPO sudah siap. Hanya saja, realisasinya belum terlaksana menunggu kondisi pasar stabil sehingga cocok untuk menawarkan sahamnya ke publik.
Sementara itu, Herry menyebut pihaknya belum bisa menjelaskan lebih detail untuk jumlah dan harga per lembar saham yang akan dilepas.
Jakpro antar anak usaha
Sementara itu, Corporate Secterary PT Jakarta Propertindo ( Jakpro) Hani Sumarno menyebut bahwa perusahaan di bidang properti itu belum ada rencana untuk melepas sahamnya ke publik.
"Dalam waktu dekat ini belum ada rencana IPO. Untuk tahun berikutnya, 2021, 2022, juga belum tentu IPO," kata Hani.
Meski demikian, ia mengaku akan mengantarkan anak usahanya untuk melantai di BEI. "Ada satu anak perusahaan kami akan IPO, PT Pulo Mas Jaya," katanya.
Saat dikonfirmasi, Direktur Utama PT Pulo Mas Jaya Yudha Ketaren mengatakan pihaknya memang ada rencana untuk IPO pada 2021. "Kami sedang proses untuk IPO, waktunya tentatif antara 2021 dan 2022 subject to market," kata Yudha.
Ia mengaku, saat ini PT Pulo Mas Jaya masih mengkaji besaran saham yang akan dilepas ke publik. Ia juga masih menghitung nilai harga yang ditawarkan.
Selain itu, ia juga tengah memilah sekuritas yang akan menjadi penjamin emisi saat IPO nanti. "Masih 2021 atau 2022, saat ini kami sedang proses seleksi advisor dari BUMN sekuritas. Kami juga proses rating di Pefindo," kata dia.
Yudha mengaku, tujuan perusahaan IPO untuk mencari pendanaan serta proses Good Corporate Governance (GCG). Perusahaan yang bergerak di bidang properti ini berharap dengan listing di bursa akan memudahkan askses pendanaan untuk pengembangan usaha.