Pembentukan holding BUMN keuangan diproyeksikan bakal terwujud pada Mei 2019. Sehingga, Indonesia akan memiliki salah satu bank beraset terbesar di Asean.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Suprajarto menyebut pembentukan holding BUMN keuangan ditargetkan akan terealisasi pada semester pertama tahun ini.
Target ini sejalan dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan terbentuknya Holding BUMN Keuangan, diharapkan tercipta efisiensi di antara bank-bank pelat merah, baik dari sisi jaringan teknologi informasi maupun ATM.
"Kementerian berharap Mei bisa, kami lihat beberapa yang belum smooth gitu, tapi saya harap Mei bisa terealisasi, BRI sangat mendukung holding, kalau bisa di-speed up," ungkap Suprajarto, saat konferensi pers di Menara BRI, Jakarta, Rabu (24/4).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, rapat persiapan terkait pembentukan holding BUMN Keuangan pun tetap berjalan sesuai rencana awal.
"Target semester I-2019 masih on track, kita tunggu saja nanti, saya kira ini hanya proses saja, proses berikutnya tinggal lintas kementerian," ujar Haru.
Sebagai informasi, holding BUMN keuangan nantinya akan terdiri dari empat bank Himbara (BRI, Mandiri, BNI, dan BTN), Permodalan Nasional Madani (PNM), Pegadaian, Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) dan PT Jalin Pembayaran Nusantara (ATM Link).
Jika terwujud, aset holding BUMN diproyeksi mencapai lebih dari Rp4.000 triliun. Di Asean, aset bank terbesar dimiliki oleh DBS Singapura sekitar Rp5.200 triliun, disusul OCBC senilai Rp4.600 triliun, dan UOB sebesar Rp3.600 triliun.
BRI suntik modal
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) siap menyuntikkan modal tambahan senilai Rp1 triliun kepada anak usahannya, PT BRI Ventura Investama.
Dirut BRI Suprajarto mengatakan suntikan modal tambahan tersebut bertujuan agar BRI Ventura dapat menjadi pemegang saham di PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) yang merupakan pengelola aplikasi pembayaran pelat merah, LinkAja.
"Tahun ini ada penyertaan modal kepada BRI Ventura, nilainya kurang lebih Rp 1 triliun. Namun, untuk penyertaan ke Finarya tidak sampai sebesar itu,” kata Suprajarto dalam paparan kinerja.
Sebagi informasi, nantinya saham Finarya akan dimiliki oleh tujuh BUMN antara lain, Telkomsel yang memiliki 25% saham. Kemudian Bank Mandiri, BRI, dan BNI masing-masing 20%. Pertamina dan BTN berbagi saham 7%, sedangkan Jiwasraya berkontribusi 1%.
Meski demikian, Suprajarto menilai kepemilikan saham BRI yang sebesar 20% tersebut sudah lebih dari cukup. Sehingga pihaknya tidak berencana untuk menambah persentase saham mereka di Finarya.
Suprajarto menilai LinkAja bakal memberikan kontribusi positif pada pembayaran digital mereka. "Tapi kalau bisa dikurangi porsi sahamnya, ya dikurangi," kata dia.
Adapun platform LinkAja akan menggabungkan fitur pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code milik bank BUMN. Sejauh ini, baru BRI dan BNI yang sudah memiliki sistem pembayaran tersebut dengan produk mereka yaitu My QR dan Yap!.
Dengan adanya penggabungan sistem pembayaran berbasis QR Code milik BUMN ini, diharapkan dapat membuat pengelolaan menjadi lebih efisien.