sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sri Mulyani: 2018 bukan tahun yang mudah

Beragam persoalan bangsa direkam Sri Mulyani dalam sebuah tulisan refleksi akhir tahun.

Soraya Novika
Soraya Novika Selasa, 01 Jan 2019 18:45 WIB
Sri Mulyani: 2018 bukan tahun yang mudah

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menuliskan sebuah refleksi akhir tahun menyoroti berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dalam setahun terakhir. Menurut Sri, tahun 2018 bukan tahun yang mudah untuk dilalui, baik di sisi perekonomian negara maupun di aspek kehidupan sosial lainnya. 

"Tahun 2018 bukanlah tahun yang mudah: ekonomi global, harga komoditas, arus modal dan nilai tukar bergejolak tinggi, suku bunga global dan dalam negeri mengalami kenaikan, perdagangan global masih lesu dan tidak menentu, dan ancaman kejahatan perpajakan, penyelundupan narkoba, dan perdagangan ilegal terus mengancam," tulisnya dalam sebuah catatan harian. 

Curahan hati (curhat) itu diunggah Sri Mulyani di akun Facebooknya, Senin (31/12). Dalam refleksi akhir tahunnya itu, Sri memandang, sejumlah bencana alam dan musibah yang melanda Indonesia selama setahun belakangan sebagai cambuk bagi kesuksesan negara ke depan.

"Bencana alam menimpa di beberapa daerah dan Kemenkeu juga mengalami musibah tewasnya 21 jajaran Kemenkeu dalam kecelakaan pesawat. Semua itu dapat menjadi alasan kita untuk patah semangat. Namun kita dan Indonesia tidak pernah menyerah," ujarnya. 

Indonesia, lanjut Sri, bahkan menjadi tuan rumah even internasional bergengsi, yakni Asian Games dan Para Games, dan pertemuan tahunan IMF/World Bank. "Yang semuanya berjalan dan berhasil sukses. Dunia menghargai dan menghormati Indonesia," tambahnya.

Di balik beragam tantangan tersebut, Sri menilai, negeri Khatulistiwa ini dinilai sudah cukup tangguh dengan capaian-capaiannya, khususnya yang menyangkut APBN.

"APBN 2018 kita tutup dengan capaian sangat baik. Pertama, penerimaan negara baik pajak, bea cukai, dan penerimaan negara bukan pajak tumbuh tinggi dan sehat, terimakasih pada seluruh jajaran yang mengelola penerimaan negara," ujarnya. 

Kedua, lanjut Sri, belanja negara juga terealisir dengan baik, di pusat maupun daerah. Ketiga, pembiayaan mengalami kontraksi, dengan defisit APBN sebesar 1.72% dari PDB, jauh lebih rendah dari angka UU APBN 2018 sebesar 2,19%. 

Sponsored

"Ini adalah defisit terkecil sejak 2012. Keempat, keseimbangan primer adalah sebesar Rp 4,1 triliun, ini surplus keseimbangan primer sejak 2011. Prestasi!" tegasnya.

Berangkat dari data tersebut, Sri pun menyuarakan optimisme untuk menghadapi 2019. Ia berjanji akan akan terus menjaga APBN dan keuangan Negara secara profesional, hati-hati dan bertanggung jawab. 

Kemenkeu juga bakal terus melakukan pembiayaan yang inovatif, baik melalui kerja sama pemerintah dan badan usaha atau swasta maupun dengan blended finance. "Agar partisipasi swasta dan masyarakat terus meningkat, sehingga mereka ikut memiliki proses dan proyek pembangunan," imbuhnya.

Lebih lanjut, ia menyampikan kebanggaannya atas capaian APBN dan kebijakan fiskal yang diberlakukan oleh pemerintah selama ini. Menurutnya, beleid-beleid tersebut telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.

"Untuk pertama kali dalam 15 tahun, pemerintah tidak mengajukan perubahan dalam 15 tahun, pemerintah tidak mengajukan perubahan UU APBN 2018, hal ini mendorong semua kementerian/lembaga fokus menjalankan rencana anggaran secara penuh," ujarnya.

Di penghujung catatan hariannya itu, Sri berterima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras menjaga agar perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan kinerja keuangan terus membaik. 


 

Berita Lainnya
×
tekid