sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gempuran Houthi ke Israel, tanda Iran terseret perang Hamas-Israel

Milisi sekutu seperti Houthi dapat memperluas operasi mereka melawan Israel.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Rabu, 01 Nov 2023 17:14 WIB
Gempuran Houthi ke Israel, tanda Iran terseret perang Hamas-Israel

Pemberontak Houthi di Yaman untuk pertama kalinya pada hari Selasa (31/10) mengklaim serangan rudal dan pesawat tak berawak yang menargetkan Israel. Ini petunjuk bahwa sponsor utama mereka, Iran, semakin dekat dengan perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan kian meningkatkan risiko pecahnya konflik kawasan.

Kelompok Houthi telah diduga melakukan serangan awal bulan ini yang menargetkan Israel dengan mengirimkan rudal dan drone ke jalur pelayaran penting di Laut Merah, sebuah serangan yang menyebabkan Angkatan Laut Amerika Serikat menembak jatuh proyektil tersebut.

Namun kali Selasa, Israel mengatakan jet tempurnya sendiri dan sistem pertahanan rudal Arrow yang baru menembak jatuh dua salvo tembakan yang masuk dalam selang waktu beberapa jam ketika mendekati pelabuhan pengiriman utama di Laut Merah, Eilat.

Kelompok Houthi, yang menguasai ibu kota Yaman, Sanaa, sejak tahun 2014 sebagai bagian dari perang suadara negara tersebut, mengklaim tiga serangan terhadap Israel dalam pernyataan militer berikutnya, tanpa merinci jangka waktu operasi dan apakah serangan pada hari Selasa tersebut mewakili satu atau dua serangan.

Selain serangan yang menyebabkan AS menembakkan rudal, ada juga ledakan misterius pada hari Kamis pekan lalu yang melanda kota resor Taba di Mesir, dekat perbatasan Israel. Ledakan tersebut, yang belum dijelaskan oleh pihak berwenang Mesir, melukai enam orang.

“Angkatan bersenjata kami meluncurkan banyak rudal balistik dan sejumlah besar drone ke berbagai sasaran musuh Israel,” juru bicara militer Houthi Brigadir Jenderal Yahya Saree mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi. “Angkatan Bersenjata Yaman mengonfirmasi bahwa operasi ini adalah operasi ketiga untuk mendukung saudara-saudara kami yang tertindas di Palestina dan mengonfirmasi bahwa kami akan terus melakukan serangan yang lebih berkualitas dengan rudal dan drone hingga agresi Israel berhenti.”

Bagi Israel, serangan Selasa menandai penggunaan sistem pertahanan rudal Arrow yang sangat jarang dilaporkan, yang mencegat rudal balistik jarak jauh dengan hulu ledak yang dirancang untuk menghancurkan sasaran ketika berada di luar angkasa, menurut Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington.

“Semua ancaman udara dicegat di luar wilayah Israel,” kata militer Israel. “Tidak ada infiltrasi yang teridentifikasi ke wilayah Israel.”

Namun, tembakan rudal tersebut memicu alarm sirene serangan udara yang jarang terjadi di Eilat, sekitar 250 km selatan Yerusalem, menyebabkan orang-orang melarikan diri ke tempat perlindungan.

Saree tidak mengidentifikasi senjata spesifik yang digunakan dalam serangan itu. Namun, penggunaan proyektil tersebut menunjukkan bahwa itu rudal balistik. Houthi memiliki varian rudal balistik Burkan, yang meniru jenis rudal Iran, diyakini mampu mencapai jarak lebih dari 1000 km untuk menyerang di dekat Eilat.

Tembakan yang masuk terjadi ketika kapal USS Bataan yang membawa pasukan dan pesawat serta elemen lain dari kelompok penyerangnya kemungkinan besar berada di Laut Merah, bersama dengan kapal-kapal AS lainnya.

Brigjen TNI AU AS Pat Ryder, sekretaris pers Pentagon, mengakui tembakan Houthi yang menargetkan Israel, menunjukkan bahwa pemberontak memiliki rudal yang mampu mencapai jarak sekitar 2000 km.

“Ini adalah sesuatu yang akan terus kami pantau,” kata Ryder. “Kami ingin mencegah konflik regional yang lebih luas.”

Arab Saudi juga tidak menanggapi pertanyaan. Kerajaan tersebut menyaksikan empat tentaranya tewas di provinsi selatan Jazan dalam beberapa hari terakhir dalam pertempuran melawan Houthi, menurut sebuah laporan Selasa oleh Bloomberg yang mengutip sumber anonim. Hal ini terjadi bahkan ketika Arab Saudi telah berusaha selama berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan damai dengan Houthi setelah perang yang menemui jalan buntu selama bertahun-tahun melawan mereka.

Deklarasi Houthi semakin menyeret Iran ke dalam konflik. Teheran telah lama mensponsori kelompok Houthi dan Hamas, serta kelompok milisi Syiah Lebanon, Hizbullah, yang terus melakukan serangan mematikan melintasi perbatasan dengan Israel. Pasukan AS juga menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak di pangkalan-pangkalan di Irak dan Suriah yang diklaim oleh kelompok milisi sekutu Iran sejak perang dimulai.

Kelompok Houthi menganut agama Syiah Zaydi, sebuah cabang Islam Syiah yang hampir secara eksklusif ditemukan di Yaman. Slogan para pemberontak sejak lama adalah: “Tuhan adalah yang terbesar; kematian bagi Amerika. Kematian bagi Israel; mengutuk orang-orang Yahudi; kemenangan bagi Islam.”

Namun “sekarang mereka memiliki kekuatan untuk mendukungnya,” kata Thomas Juneau, profesor di Universitas Ottawa yang telah mempelajari Yaman selama bertahun-tahun.

“Hanya masalah waktu saja sebelum mereka mampu melakukan hal ini,” kata Juneau, seraya mencatat kemajuan program rudal pemberontak yang datang dengan bantuan Iran. “Fakta bahwa ada front lain yang berada langsung di selatan meningkatkan risiko bahwa (pertahanan udara) Israel akan kewalahan dan akan menjadi jauh lebih mengkhawatirkan” jika Hizbullah, Hamas, dan pihak lain melancarkan serangan rudal besar-besaran.

Iran telah lama membantah mempersenjatai kelompok Houthi meskipun mereka telah mentransfer senapan, granat berpeluncur roket, rudal, dan persenjataan lainnya kepada milisi Yaman melalui jalur laut. Pakar independen, negara-negara Barat, dan pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menelusuri komponen-komponen yang disita dari kapal-kapal lain yang ditahan hingga ke Iran.

Alasannya kemungkinan besar adalah embargo senjata PBB yang melarang pengiriman senjata ke Houthi sejak tahun 2014.

Setidaknya ada satu serangan yang diklaim oleh Houthi dan kecurigaan kemudian sepenuhnya tertuju pada Iran. Pada tahun 2019, rudal jelajah dan drone berhasil menembus Arab Saudi dan menghantam jantung industri minyaknya di Abqaiq. Serangan tersebut untuk sementara mengurangi separuh produksi kerajaan dan menaikkan harga energi global dengan persentase terbesar sejak Perang Teluk tahun 1991.

Meskipun Houthi mengklaim serangan Abqaiq, AS, Arab Saudi, dan para analis menyalahkan Iran. Pakar PBB juga mengatakan bahwa “tidak mungkin” kelompok Houthi melakukan serangan tersebut, meskipun Teheran membantah terlibat.

Misi Iran untuk PBB memperingatkan dalam sebuah pernyataan kepada The Associated Press bahwa milisi sekutu seperti Houthi dapat memperluas operasi mereka melawan Israel.

“Peringatan dari Iran mengenai hari-hari awal jatuhnya korban sipil di Gaza menyoroti kekhawatiran: jika kekejaman ini tidak dihentikan, hal ini dapat memicu kemarahan publik dan menghabiskan kesabaran gerakan perlawanan,” kata misi Iran. “Kekhawatiran ini dapat dihindari dan tanggung jawab ada di tangan pemerintah Amerika untuk menghentikan pelanggaran yang dilakukan oleh rezim Israel,” kata Juneau.

Rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman, kata para pejabat AS, tidak mengancam kapal Angkatan Laut AS di Laut Merah atau pasukan atau personel AS di wilayah tersebut. Kapal USS Carney berada di Laut Merah bagian utara ketika kapal itu mengeluarkan rudal dan lebih dari selusin drone.

Yaman berjarak sekitar 1448 km di selatan Israel dengan Arab Saudi di tengahnya. Kemungkinan lintasan proyektil yang diluncurkan dari Yaman menuju Israel akan melintasi sebagian Arab Saudi dan kemudian Laut Merah sebelum tiba di selatan Israel.

Berita Lainnya
×
tekid