sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Impor senjata meningkat, konflik terus membara

Impor senjata meningkat tajam di negara-negara Timur Tengah dan Asia belakangan ini. Itu diduga bisa memicu perang dan ketegangan di sana.

Dika Hendra
Dika Hendra Senin, 12 Mar 2018 12:25 WIB
Impor senjata meningkat, konflik terus membara

Pada periode 2013-2017, impor senjata di wilayah konflik Timur Tengah meningkat dua kali lipat atau 103% dibandingkan lima tahun sebelumnya. Itu merupakan analisis dan kesimpulan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). Negara-negara Timur Tengah mengimpor hampir 32% senjata di seluruh dunia.

“Saudi yang berkonflik dengan gerilyawan Syiah di Yaman menjadi negara pengimpor senjata terbesar di dunia setelah India,” demikian analisis SIPRI, dilansir Channel News Asia, Senin (12/3). Amerika Serikat mengekspor 61% senjata ke Saudi dan ke Inggris sebanyak 23%. Pada Jumat pekan lalu, Inggris mendapatkan 48 pesawat tempur Eurofighter Typhoon buatan BAE System.

“Meluasnya konflik di Timur Tengah memicu perhatian tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Saudi. Itu menjadi perdebatan di Eropa Barat dan Amerika Utara di mana banyak aktivis meminta pembatasan penjualan senjata ke Riyadh,” ujar peneliti senior SIPRI Pieter Wezeman. Dia menambahkan AS dan negara Eropa lainnya masih menjadi pengekspor utama senjata ke Saudi.

Kenapa India justru mengalami peningkatan drastis dalam impor senjata? Asia memang berlomba untuk mengimpor senjata. Sepanjang 2013-2017, impor senjata di Asia mencapai 42 persen dari seluruh total. Dan India adalah negara pengimpor terbesar dengan Rusia sebagai pengekspor utamanya sebesar 62 persen. Pada saat yang sama, ekspor senjata AS ke India meningkat enam kali lipat dalam lima tahun terakhir.

Sponsored

Apa pemicunya? “Ketegangan antara India dengan Pakistan menjadi permasalahan utama. Kemudian, New Delhi juga berkonflik dengan Beijing,” ujar peneliti SIPRI Siemon Wezeman. Dia menambahkan China kini sudah mampu memproduksi senjata sendiri dan memperkuat hubungan dengan rival utama India, yakni Pakistan, Bangladesh, dan Myanmar.

Berita Lainnya
×
tekid