sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jurus ngeles Netanyahu dari serangan oposisi pascaserangan 7 Oktober

Di satu sisi, Netanyahu mengakui bahwa "soal tanggung jawab" adalah pertanyaan yang perlu ditanyakan

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Senin, 13 Nov 2023 11:19 WIB
Jurus ngeles Netanyahu dari serangan oposisi pascaserangan 7 Oktober

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bukan hanya menjadi sasaran kemarahan global. Di dalam negeri, ia pun tengah mengalami tekanan kuat dari oposisi. Ia dianggap bertanggung jawab terhadap jebolnya pertahanan Israel dari serangan Hamas pada 7 Oktober lalu. Netanyahu pun hanya bisa berkelit.

Para pemimpin partai oposisi mengecam  Netanyahu karena terus mengalihkan kesalahan atas kegagalan Israel mencegah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Netanyahu sebelumnya menolak bertanggung jawab, bahkan menunjuk hidung pihak lain. Menurutnya, protes tentara cadangan terhadap koalisinya awal tahun ini mungkin merupakan faktor yang membuat Hamas memutuskan melancarkan serangan ke Israel.

Pada Juli lalu, ribuan tentara cadangan mengundurkan diri sebagai protes terhadap reformasi peradilan pemerintah yang akan menghapuskan pengawasan Mahkamah Agung terhadap pemerintah.

“Setiap kali dia melakukan hal yang sama: men-tweet lalu menghapusnya, mengatakannya lalu menyangkalnya. Itu metodenya,” kata Pemimpin Oposisi Yair Lapid pada awal pertemuan faksi partainya Yesh Atid di Knesset, seperti dikutip timesofisrael, 6 November lalu.

“Kecuali kali ini, itu tidak akan berhasil untuknya. Saya memberi tahu Netanyahu, kami tidak akan membiarkan Anda melakukan diskusi sepihak ini,” lanjutnya. 

Ia menambahkan bahwa partainya pada awalnya tidak bermaksud untuk saling menyalahkan selama masa perang.

Pada 20 Oktober, Anadolu melaporkan sebuah survei terbaru yang dilakukan di Israel menemukan bahwa hampir 80% warga Israel menyalahkan Benjamin Netanyahu atas kegagalan mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober.

Sponsored

Survei dilakukan Lazar Institute yang ditugaskan oleh surat kabar Maariv Israel. Survei dilakukan pada 18-19 Oktober.

Hanya 8% dari mereka yang disurvei tidak menganggap Netanyahu bertanggung jawab atas serangan di wilayah Israel dekat Jalur Gaza.

Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 65% warga Israel mendukung serangan darat terhadap Jalur Gaza, sementara 21% menentangnya.

 Sebelumnya, Ronen Bar, kepala badan keamanan umum Israel (Shin Bet), mengakui bahwa ia gagal mendeteksi infiltrasi kelompok Palestina Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober.

Jawaban terbaru Netanyahu

Dalam sebuah wawancara dengan Dana Bash dari CNN pada Minggu (10/11), Netanyahu menolak menjawab apakah ia akan bertanggung jawab atas kegagalannya mencegah serangan 7 Oktober terhadap Israel, seperti yang dituduhkan lawan politiknya. Ia mengatakan bahwa akan ada waktu untuk pertanyaan-pertanyaan “sulit” tersebut setelah perang selesai. 

Di satu sisi, ia mengakui bahwa "soal tanggung jawab" adalah pertanyaan yang perlu ditanyakan. Namun, dia berkelit bahwa saat ini negara tersebut perlu bersatu untuk mencapai tujuan mengalahkan Hamas.

“Kami akan menjawab semua pertanyaan ini,” kata sang perdana menteri, sambil menambahkan bahwa, “Saat ini, menurut saya apa yang harus kita lakukan adalah menyatukan negara untuk satu tujuan; untuk meraih kemenangan.”

“Mari fokus pada kemenangan – itulah tanggung jawab saya sekarang,” serunya.

Pihak berwenang Israel mengklaim serangan 7 Oktober menimbulkan korban lebih dari 1.200 orang dan lebih dari 200 orang disandera.  

Ketika menggelar demonstrasi di Tel Aviv, Sabtu (10/11), keluarga sandera yang ditahan oleh kelompok militan di Gaza meminta Netanyahu dan pemerintah untuk berbuat lebih banyak guna menjamin pembebasan orang yang mereka cintai.

Netanyahu mengatakan kepada CNN bahwa Israel melakukan semua yang mereka bisa “sepanjang waktu” untuk membebaskan para sandera, dengan mengatakan bahwa itu adalah salah satu dari dua tujuan perangnya, selain penghancuran Hamas.

Dia juga menegaskan kembali pendiriannya mengenai seruan internasional untuk gencatan senjata, dengan mengatakan bahwa satu-satunya penghentian pertempuran yang akan dia terima adalah “dengan membebaskan sandera.”

Selama berhari-hari, puluhan ribu warga Gaza telah mengungsi ke selatan daerah kantong tersebut menggunakan koridor evakuasi sementara. Ketika ditanya apakah dia akan mengizinkan jeda selama berhari-hari, Netanyahu mengatakan kepada CNN, “itu bukanlah jeda.”

“Jika Anda berbicara tentang menghentikan pertempuran, itulah yang diinginkan Hamas,” kata Netanyahu, dengan alasan bahwa Hamas akan menggunakan jeda panjang tersebut untuk mengisi kembali pasokannya.

“Hamas menginginkan serangkaian jeda tanpa akhir yang pada dasarnya menghilangkan perjuangan melawan mereka,” katanya.

"Tidak ada alasan mengapa kami tidak bisa membawa pasien keluar dari sana".

Sejak serangan tanggal 7 Oktober, Israel telah membombardir Gaza, menewaskan sedikitnya 11.025 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, yang mengambil data dari wilayah yang dikuasai Hamas.

Jumlah korban ini termasuk 4.506 anak-anak dan 3.027 perempuan, menurut kementerian, yang mengatakan bahwa lebih dari 27.000 orang lainnya menderita luka-luka.

Ketika ditanya tentang rumah sakit di Gaza yang menurut pejabat kesehatan dan lembaga bantuan menderita “situasi bencana,” seiring serangan darat Israel yang terus dilakukan di Gaza utara, Netanyahu mengatakan kepada CNN bahwa Israel membantu pasien dengan membangun koridor yang aman di lapangan, namun bersikeras bahwa “ tidak ada kekebalan” yang akan diberikan kepada Hamas.

“Kami telah menetapkan rute ke zona aman di selatan Kota Gaza,” katanya. “Kami ingin semua warga sipil dijauhkan dari bahaya,” ujarnya.

Netanyahu menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil dan mengatakan bahwa “100 atau lebih” telah dievakuasi dari rumah sakit Al-Shifa, fasilitas kesehatan terbesar di Gaza. 
“Tidak ada alasan mengapa kami tidak bisa membawa pasien keluar dari sana,” katanya.

CNN mengatakan mereka tidak dapat memverifikasi klaim tersebut. 

Israel sebelumnya pada hari Minggu mengumumkan adanya koridor di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, namun Komite Palang Merah Internasional mengatakan mereka tidak dapat memastikan apakah ada evakuasi yang dilakukan.

Pihak berwenang Palestina di Gaza dan Tepi Barat mengklaim militer Israel telah menembaki orang-orang yang bergerak di antara gedung rumah sakit.(cnn,anadolu,timesofisrael)

Berita Lainnya
×
tekid