sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Korea Selatan terus berburu video porno

Video spy cam dan revenge porn menjadi target utama.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 21 Nov 2019 11:01 WIB
Korea Selatan terus berburu video porno

Pemerintah Korea Selatan membentuk tim yang bertugas menghabiskan hari-hari mereka memburu video porno di dunia maya. Mereka merupakan pasukan garis depan dari upaya Seoul menindak video spy cam yang kebanyakan mengekspos wanita.

Unit pemantauan kejahatan seks digital yang beranggotakan 16 orang itu dibentuk pada musim gugur ini oleh Komisi Standar Komunikasi Korea (KCSC). Mereka memiliki misi berburu dan menghapus video porno yang diunggah tanpa persetujuan. Tim itu beroperasi selama 24 jam sehari.

Fenomena spy cam, atau dikenal sebagai "molka" di Korea Selatan, sebagian besar digunakan oleh pria untuk diam-diam merekam perempuan di sekolah, toilet dan tempat umum lainnya.

Selain menargetkan video spy cam, gugus tugas itu juga memburu video revenge porn yang merupakan video seks pribadi yang direkam dan dibagikan tanpa izin. Biasanya video jenis ini disebarluaskan oleh mantan pasangan yang memiliki niat jahat.

Salah satu contoh kasus revenge porn teranyar melibatkan bintang K-Pop, Jung Joon-young, yang ditangkap pada Maret dengan tuduhan merekam dan mendistribusikan video seks ilegal tanpa persetujuan dari pasangannya. Dia dijadwalkan untuk menerima putusan pengadilan dalam persidangan pada pekan depan, di mana jaksa menuntut hukuman tujuh tahun penjara.

Epidemi spy cam dan revenge porn semakin meluas di Korea Selatan, mendorong puluhan ribu wanita turun ke jalan dan berdemonstrasi di Seoul pada 2018. Pada saat itu, mereka meneriakkan, "My life is not your porn" dan mendesak pihak berwenang mengambil tindakan.

Sejumlah anggota tim KCSC mengeluhkan pekerjaan mereka, menyebut tugas yang diberikan jauh dari yang mereka harapkan saat mendaftar sebagai pegawai negeri.

"Sulit untuk mempertahankan ketenangan saya. Saya melihat begitu banyak konten provokatif yang belum pernah saya lihat sebelumnya," tutur seorang anggota, An Hyeon-cheol (27).

Sponsored

Kepala tim pemantau, Lee Yong-bae, mengatakan bahwa dia kesulitan menatap wanita setelah menjalankan tugasnya.

"Ketika saya pergi ke luar, saya tidak bisa menatap wanita yang berada di sekitar saya karena terbayang-bayang gambar-gambar yang saya lihat saat bekerja," kata dia. "Saya harus menundukkan kepala."

Untuk menemukan video-video yang dicari, tim itu mencari tagar berbahasa Korea di sejumlah platform, termasuk Twitter dan YouTube, yang merujuk pada tindakan seksual.

Mereka dapat menginstruksikan situs-situs Korea Selatan untuk menurunkan video-video porno yang menggunakan spy cam atau berjenis revenge porn. Namun, ketika konten serupa terdapat di platform luar negeri, yang berada di luar yurisdiksi mereka, tim akan meminta penyedia layanan internet domestik untuk memblokir akses server itu.

Pada Oktober, tim itu menindak rata-rata 82 video per harinya, delapan kali lebih banyak daripada yang dilakukan pemerintah empat tahun lalu, sebelum unit khusus dibentuk.

Pornografi komersial bukan bagian dari kewenangan mereka.

Terkadang, korban dari spy cam dan revenge porn menghubungi gugus tugas di hotline KCSC, 1377, untuk meminta bantuan.

"Baru-baru ini ada seorang korban yang memberi kami 100 alamat situs berbeda di mana mantan pacarnya telah mengunggah video seks yang secara diambil secara diam-diam," kata Lee Yong-bae.

Dia menyatakan bahwa hampir mustahil untuk menghapus video karena materi itu telah secara mudah disebarluaskan di dunia maya.

Dokumen KCSC mencatat bahwa sebuah video spy cam yang diunggah pada Mei telah menyebar ke lebih dari 2.700 situs dalam periode enam bulan.

Sekretaris Jenderal KCSC Min Kyeong-joong mengatakan bahwa hari pertama setelah video spy cam atau revenge porn diunggah adalah waktu yang paling tepat untuk menindaknya. Setelah itu, kemungkinan penyebarluasan sudah tidak terkendali.

"Misi kami adalah untuk mencegah penyebaran dalam 24 jam pertama sejak video diunggah," ujar dia. "Bagi para korban, setiap detik adalah momen yang memilukan."

Stigmatisasi masyarakat

Di Korea Selatan yang tergolong konservatif, perempuan yang tampil dalam video spy cam atau revenge porn akan mendapat stigma dan diisolasi secara sosial meski mereka merupakan korban dari kejahatan seksual.

Data polisi mencatat, hampir 5.500 orang ditangkap karena terlibat pelanggaran terkait spy cam dan revenge porn pada 2018, naik 22% dari 2016. Dari total orang yang ditangkap, sebanyak 97% dari mereka adalah laki-laki.

Seorang warga Korea Selatan, Park Yu-na (31), mengatakan bahwa dia sekarang sebisa mungkin menghindari menggunakan toilet umum.

"Saya dan wanita lain sama-sama khawatir dapat menjadi korban kejahatan spy cam di mana saja dan kapan saja," ujar dia.

Gugus tugas KCSC dibentuk setelah pada 2018, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyatakan isu spy cam perlu segera ditindak. Dia menegaskan bahwa para pelaku harus dijatuhkan hukuman yang keras.

"Kita sebagai masyarakat telah gagal untuk sepenuhnya menyadari trauma dan penghinaan yang diderita oleh mereka yang menjadi korban," ungkap dia.

Merekam atau mendistribusikan video seks tanpa persetujuan kedua pihak dapat dihukum hingga lima tahun penjara. Namun, para analis mengatakan banyak pelaku mendapat keringanan hukuman atau hanya diwajibkan membayar denda.

"Ada kecenderungan yang menilai bahwa menonton video seks ilegal dapat dilihat sebagai bentuk lain dari hiburan pria," tutur Lee Na-young, profesor sosiologi di Chung-Ang University di Seoul.

Anggota Komisi HAM Korea Selatan Bae Bok-ju menyatakan bahwa budaya patriarki negara itu melemahkan pendidikan seks sehingga banyak pria berpikir tidak ada yang salah dengan menonton video porno ilegal selama mereka tidak menjadi pelaku yang menyebarkannya. (Channel News Asia)

Berita Lainnya
×
tekid