sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Krisis ekonomi dan kekeringan bikin jutaan rakyat Zimbabwe menderita

Angka resmi yang diterbitkan pada Senin (22/7) menunjukkan, inflasi tahunan meningkat dua kali lipat menjadi 175% pada Juni.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 22 Jul 2019 13:07 WIB
Krisis ekonomi dan kekeringan bikin jutaan rakyat Zimbabwe menderita

Jutaan orang di Zimbabwe menghadapi kesulitan dan kelaparan akibat krisis ekonomi dan kekeringan yang memburuk. Lebih dari 18 bulan setelah kudeta militer menggulingkan Robert Mugabe dari kursi presiden, pemerintah baru sedang berjuang untuk melakukan reformasi politik untuk memberantas warisan buruk dari pemerintahan represif dan diktatorial yang berkuasa sebelumnya.

Angka resmi yang diterbitkan pada Senin (22/7) menunjukkan inflasi tahunan meningkat dua kali lipat menjadi 175% pada Juni. Ini menambah tekanan pada negara yang juga sedang berjuang mengatasi kekurangan bahan makanan pokok, bahan bakar dan obat-obatan.

Kenaikan harga yang sedang melanda Zimbabwe serupa dengan krisis ekonomi yang disebabkan oleh kebijakan Mugabe satu dekade lalu. Cleopas Murambwi, buruh harian di ibu kota Harare, mengatakan krisis ekonomi telah menjadikannya miskin.

"Setahun lalu, gaji saya bisa menopang keluarga saya. Sekarang kita hidup setiap harinya tanpa kejelasan ... Ini seperti kita kembali ke 2008," kata Murambwi.

Warga lainnya, Elizabeth Makazhu, penjual sayuran berpenghasilan kurang dari US$8 per hari, mengatakan dia kerap kali tidak cukup uang untuk membeli makan.

"Hidup di kota sekarang mahal. Saya harap saya bisa mendapatkan sesuatu untuk dibawa pulang kepada anak-anak, saya tidak ingin mereka menderita," kata Makazhu.

Selain krisis ekonomi, kekeringan parah dan pemadaman listrik bergilir telah menyebabkan kesulitan bagi warga Zimbabwe. Pemadaman listrik itu dipicu oleh kekurangan air di bendungan pembangkit listrik Zimbabwe. Akibat kondisi ekonomi negara dan kekeringan yang parah, sekitar 7 juta warga terancam kelaparan.

"Kami sangat kesulitan. Ketika tidak ada uang, menjadi sulit untuk mengajar dan ini memengaruhi peserta didik. Bagaimana seseorang dapat bekerja tanpa makanan di atas meja?," kata Doa Maravamwidze, guru dari Chipinge.

Sponsored

Menurut laporan gabungan oleh pemerintah Zimbabwe dan sejumlah badan PBB, beberapa warga sampai harus menjual ternak dan tanah, membelanjakan tabungan, menarik anak-anak dari sekolah serta mengemis untuk memenuhi kebutuhan harian mereka.

Loice Muranganwa, seorang ibu dua anak dari Budiriro, mengaku hanya menghasilkan US$57 per bulannya sebagai perawat.

"Saya sekarang bertahan hidup dengan menjual Tupperware. Lebih baik daripada menunggu gaji yang sedikit itu," tuturnya.

Pada Senin, Menteri Energi Fortune Chasi mengatakan bahwa persoalan listrik di Zimbabwe adalah masalah yang sangat besar.

Pemerintah telah berulang kali menaikkan harga bahan bakar dalam upaya mengakhiri subsidi dan diperkirakan juga akan meningkatkan harga listrik dalam beberapa pekan mendatang.

Cecilia Alexander, ketua Dewan Apex, serikat pekerja pegawai negeri, mengatakan kebijakan pemerintah telah membuat warga yang memiliki pekerjaan menjadi miskin.

"Sebagai pekerja, kami menolak untuk dikorbankan. Kami akan meminta seluruh pegawai negeri untuk memprotes hal ini," kata Alexander.

Protes pada Januari menyebabkan tindakan keras militer yang menewaskan lebih dari dua belas orang dan melukai ratusan lainnya.

Para analis mengatakan pemerintah tengah melakukan upaya untuk menstabilkan ekonomi, menjalankan surplus anggaran untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun dan menahan pencetakan uang.

Bulan lalu, bank sentral menaikkan suku bunga hingga 50% untuk melindungi mata uang lokal dan membuat transaksi menggunakan dolar Amerika Serikat ilegal.

Tetapi banyak yang meragukan bahwa pemerintahan baru Zimbabwe dapat memberikan perubahan ekonomi tanpa reformasi politik yang luas. Terlepas dari tersingkirnya Mugabe, partai penguasa Zanu-PF tetap memegang kendali dan militer memiliki kepentingan finansial.

"Masalah dengan Zimbabwe adalah elite yang memprioritaskan kepentingan pribadi atas kebutuhan publik. Krisis ekonomi ini diproduksi secara politik," jelas Siphosami Malunga, direktur Open Society Initiative untuk Afrika bagian selatan.

Emmerson Mnangagwa, mantan wakil presiden dan tangan kanan Mugabe, memimpin Zanu-PF meraih kemenangan dalam Pilpres 2018. Pihak oposisi, Gerakan Perubahan Demokrasi (MDC), menentang keras hasil pemilu tersebut.

Mnangagwa dinilai tidak mampu atau tidak mau mendorong langkah-langkah yang dapat meyakinkan investor dan lembaga multilateral untuk menyediakan dana guna menghidupkan kembali ekonomi negara.

Sumber : The Guardian

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid