sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Milei, penebar "kampanye ketakutan" itu menang Pilpres Argentina

Milei mengusung perubahan drastis dan memenangkan hati kaum muda yang frustrasi dengan kondisi ekonomi Argentina.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Senin, 20 Nov 2023 13:39 WIB
Milei, penebar

Javier Milei, sosok yang disebut memiliki karakter politik yang serupa dengan Donald Trump keluar sebagai pemenang Pilpres Argentina, Minggu (20/11). Padahal, ia sempat menuding-nuding lawannya, Sergio Massa akan melakukan kecurangan. 

Kemenangan Milei dipastikan setelah lawannya, Sergio Massa mengakui kemenenangan rivalnya itu, dan mengucapkan selamat kepada Milei. Segera setelah pidato konsesi Massa, otoritas pemilu Argentina merilis sebagian hasil: Dengan 86,6% suara dihitung, Milei memperoleh 55,95% dan Massa 44,04%.  

Kerja-kerja kampanye Milei dan timnya yang menjanjikan perubahan dramatis pada banyak institusi negara ternyata efektif mendulang simpati rakyat. Keinginannya untuk menjadikan dollar AS sebagai mata uang Argentina mendapat sambutan. 

Dengan kemenangan Milei, Argentina akan beralih ke sayap kanan di tengah ketidakpuasan atas melonjaknya inflasi dan meningkatnya kemiskinan. 

Inflasi telah melonjak di atas 140% dan kemiskinan semakin memburuk selama Massa menjabat menteri ekonomi di pemerintahan Alberto Fernandez. 

Politikus sayap kanan itu disebut-sebut mirip Trump, ia pun mengaku senang dengan perbandingan itu. Sering mengkritik China dan Brasil, Milei juga mengaku tidak tertarik menjalin hubungan dengan negara sosialis dan komunis. Ia lebih condong untuk mempererat kerja sama dengan Amerika Serikat. 

Milei, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang anarko-kapitalis, telah mengusulkan untuk melakukan pemangkasan pemerintahan dan mengendalikan inflasi. Sementara, Massa, menteri yang ia lawan memperingatkan masyarakat tentang dampak negatif dari kebijakan tersebut. Pemilu ini memaksa banyak orang untuk memutuskan mana di antara keduanya yang mereka anggap sebagai pilihan yang paling tidak buruk.

Janji-janji Milei cukup mendapat tanggapan luas dari masyarakat Argentina khususnya kaum muda yang merasa kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.

Sponsored

"Uang semakin berkurang setiap hari. Saya adalah individu yang memenuhi syarat, dan gaji saya tidak cukup untuk apa pun," Esteban Medina, seorang ahli terapi fisik berusia 26 tahun dari Ezeiza, di pinggiran Buenos Aires, mengatakan kepada The Associated Press di sela-sela rapat umum Milei awal pekan ini.

Sebagian besar pemilih tampaknya sudah muak dengan pemerintah yang berkuasa saat ini. Sialnya, Massa, adalah salah satu tokoh paling menonjol dalam pemerintahan yang sangat tidak populer itu. 

Tetapi Massa, di luar prediksi, ternyata bisa memberikan perlawanan yang sengit terhadap Milei. Ia sempat dianggap mempunyai peluang kecil untuk menang. Namun, ia berhasil memobilisasi jaringan partai Peronisnya dan meraih posisi pertama pada putaran pertama pemungutan suara.

Dengan kemampuan retorika ekonominya, Massa memperingatkan warga Argentina bahwa rencana Milei yang libertarian untuk menghapuskan kementerian-kementerian penting dan membatasi jumlah kementerian secara tajam akan mengancam layanan publik, termasuk kesehatan dan pendidikan, serta program kesejahteraan yang diandalkan banyak orang.

Massa juga memperhatikan retorika lawannya. Massa sering agresif dan secara terbuka mempertanyakan kondisi mental Milei; Musuhnya itu memang rada aneh. Menjelang ronde pertama, Milei terkadang membawa gergaji mesin saat kampanye.

Serangan-serangan Massa, rupanya tidak dianggap remeh oleh Milei. Ia  menuduh Massa dan sekutunya menjalankan "kampanye ketakutan" dan dia menarik kembali beberapa usulannya yang paling kontroversial, seperti melonggarkan kendali senjata. Dalam iklan kampanye terakhirnya, Milei melihat ke kamera dan meyakinkan pemilih bahwa dia tidak berencana memprivatisasi pendidikan atau layanan kesehatan.

“Kami melakukan pekerjaan dengan baik meskipun ada kampanye ketakutan dan semua taktik kotor yang mereka gunakan terhadap kami,” kata Milei kepada wartawan setelah dia memberikan suara di tengah operasi keamanan besar-besaran ketika puluhan pendukung dan wartawan berkumpul di tempat pemungutan suara.

Salah satu pendukungnya adalah María Gabriela Gaviola, seorang pengusaha berusia 63 tahun yang melakukan segala yang dia bisa untuk menghindari penutupan perusahaannya, yang memproduksi produk-produk kedokteran hewan, di tengah melonjaknya harga bahan-bahan. Ia menganggap pemerintah tidak membantu perjuangannya keluar dari himpitan ekonomi. Itu sebabnya, dia tidak tertarik memilih Massa yang telah menjabat sebagai menteri selama lebih dari setahun.

“Sektor produktif di negara ini tidak diperhitungkan. Berapa lama negara yang tidak berproduksi bisa baik-baik saja?” kata Gaviola, yang telah mengambil dua pekerjaan sampingan untuk menjaga perusahaannya tetap bertahan. "Sebenarnya, aku tidak kenal Milei. Aku pernah mendengarnya sedikit. Aku tidak mengenalnya, tapi orang yang sudah kukenal tidak membantuku. Aku lebih suka mencoba sesuatu yang baru."

Sebagian besar jajak pendapat pra-pemilu, yang terkenal salah dalam setiap tahapan kampanye tahun ini, menunjukkan adanya kesamaan statistik antara kedua kandidat. Para pemilih untuk kandidat putaran pertama yang tidak lolos ke putaran kedua akan menjadi kuncinya. Patricia Bullrich, yang menempati posisi ketiga, mendukung Milei.

Menggarisbawahi perpecahan pahit yang ditimbulkan oleh kampanye ini, Milei menerima cemoohan dan sorakan pada Jumat malam di Teater Colón yang legendaris di Buenos Aires.

Perpecahan tersebut juga terlihat jelas pada hari Minggu ketika pasangan Milei, Victoria Villaruel, pergi ke tempat pemungutan suara dan disambut oleh pengunjuk rasa yang marah atas klaimnya bahwa jumlah korban dari kediktatoran militer Argentina pada tahun 1976-1983 jauh di bawah jumlah yang telah lama diklaim oleh organisasi hak asasi manusia. Pernyataannya itu adalah satu dari kontroversinya yang lain.

Pemungutan suara tersebut terjadi di tengah tuduhan Milei tentang kemungkinan kecurangan pemilu, mengingatkan kita pada tuduhan Trump dan mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Tanpa memberikan bukti, Milei mengklaim putaran pertama pemilu presiden diwarnai kejanggalan yang berdampak pada hasil. Para ahli mengatakan penyimpangan seperti itu tidak dapat mempengaruhi pemilu, dan pernyataannya sebagian ditujukan untuk meningkatkan dukungannya dan memotivasi para pendukungnya untuk menjadi pengawas di tempat pemungutan suara.

Klaim semacam itu tersebar luas di media sosial dan, pada rapat umum Milei di Ezeiza awal pekan ini, semua orang yang diwawancarai mengatakan kepada AP bahwa mereka mengkhawatirkan integritas suara tersebut. (AP,CNN)

Berita Lainnya
×
tekid