sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pengakuan eks pengacara Trump: Diperintahkan ancam 500 orang

Kesaksian Michael Cohen, eks pengacara Trump, di hadapan Kongres pada Rabu (27/2) mengejutkan publik.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 01 Mar 2019 14:36 WIB
Pengakuan eks pengacara Trump: Diperintahkan ancam 500 orang

Michael Cohen, mantan pengacara pribadi Donald Trump melontarkan serangkaian tuduhan besar yang diarahkan pada eks kliennya, menyinggung sejumlah topik kontroversial yang telah menodai masa jabatan sang presiden.

Tuduhan tersebut disampaikan oleh Cohen lewat kesaksian dramatis di hadapan Kongres dalam sidang Komite DPR tentang pemeriksaan Pengawasan dan Reformasi di Capitol Hill, Washington, Amerika Serikat, Rabu (27/2).

Cohen menyatakan sang presiden memiliki pengetahuan lebih lanjut terkait pertemuan putranya dengan pihak Rusia pada Juni 2016 di Trump Tower.

Dia menuduh Trump sepenuhnya sadar akan negosiasi untuk membangun Trump Tower di Moskow yang berlangsung menuju kampanye Pilpres 2016.

Pada November 2018, Cohen mengaku bersalah ketika dia mengatakan dia berbohong soal proyek pembangunan Trump Tower di Moskow. Pada awalnya, Cohen menuturkan bahwa diskusi proyek itu berakhir pada Januari 2016. Namun, dalam pengakuannya dia mengoreksi bahwa pembahasan dilanjutkan hingga Juni 2016.

Pengakuan Cohen membuka kemungkinan bahwa Trump tidak hanya berbohong ketika dia menyatakan tidak memiliki hubungan bisnis dengan Rusia, tetapi dia juga melihat kampanyenya sebagai cara untuk membantu melancarkan kesepakatan bernilai ratusan juta dollar dengan Moskow.

Kebanyakan dari tuduhan itu hanya bergantung pada kata-kata Cohen, seorang pria yang sebelumnya mengaku berbohong kepada Kongres dan pemerintah federal atas pembayaran pajaknya.

Meski tuduhan Cohen dinilai dapat menyebabkan kerusakan pada karier politik Trump, tudingan itu bukan bukti pelanggaran yang tidak dapat dibantah.

Sponsored

Jika ingin menjerat Trump dengan kasus kejahatan, maka harus mengandalkan lebih dari perkataan mantan pengacaranya.

Namun, kesaksian Cohen pada hari itu memiliki dampak besar, terutama bagi publik.

Publik kini memiliki kesempatan untuk menentukan, apakah Cohen berbohong di masa lalu demi melindungi Trump atau kini kembali berbohong di hadapan Kongres untuk melindungi dirinya sendiri?

Rasis, penipu, dan pembohong

Kesaksian Cohen menarik perhatian karena melibatkan koneksinya dengan bermacam-macam kontroversi di sekitar Trump sejak dia menjabat sebagai presiden.

Mengenakan setelan jas, dengan suara yang terkadang penuh keraguan, Cohen bersaksi tentang bagaimana rasanya bekerja untuk Trump selama lebih dari satu dekade.

Apa yang dia pelajari selama pekerjaannya, katanya, membuatnya malu.

Dia menyebut mantan kliennya itu sebagai orang yang rasis, penipu, dan pembohong. Trump, lanjutnya, memiliki kualitas yang baik dan buruk, tapi kualitasnya lebih condong ke buruk ketimbang baik.

"Sejak menjabat, dia telah menjadi lebih buruk dari biasanya," tutur Cohen.

Partai Republik dengan cepat menyerang. Anggota Kongres dari Partai Republik Mark Meadows bertanya jika Cohen sangat malu, mengapa dia memilih untuk bertahan dengan Trump selama 10 tahun penuh.

Meadows menyoroti kemungkinan bahwa Cohen kesal karena tidak mendapat jabatan di Gedung Putih dan kini dia tengah melampiaskannya pada Trump.

"Saya mendapatkan apa yang saya inginkan," jawab Cohen, menambahkan bahwa dia lebih suka menghabiskan waktunya di New York bersama anak-anaknya, ketimbang di Washington.

Terlibat dalam kejahatan?

Perwakilan dari Partai Demokrat di Komite Pengawasan dan Reformasi DPR telah berulang kali menyoroti bagian yang dinilai paling merusak dari kesaksian Cohen.

Mantan pengacara Trump itu menyajikan bukti baru tentang pembayaran yang dilakukan Trump kepadanya, termasuk selembar cek dengan tanda tangan sang presiden.

Dia mengatakan Trump secara pribadi menandatangani cek yang mengganti uang yang Cohen telah keluarkan untuk menyuap aktris film dewasa, Stormy Daniels, atas arahan sang presiden. 

Suap yang dilakukan menjelang Pilpres 2016 tersebut merupakan tindakan yang melanggar UU pendanaan pemilu.

Penyuapan itu dilakukan karena Daniels mengancam akan buka suara tentang hubungan seksualnya dengan Trump yang terjadi pada 2006.

Jika Cohen dapat menemukan adanya bukti hubungan antara suap Trump untuk Daniels, itu bisa menjerat Presiden ke-45 AS itu dalam kejahatan hukum.

Tim hukum presiden telah menanggapi tuduhan serupa di masa lalu, mereka berargumen bahwa pembayaran kepada Cohen adalah bagian dari pembayaran jasa.

Mereka menegaskan bahwa Trump tidak memiliki pengetahuan tentang kegiatan ilegal Cohen dan memercayai pengacaranya untuk mematuhi hukum pendanaan kampanye Pilpres 2016.

Semakin banyak bukti yang Cohen berikan untuk mendukung klaimnya bahwa Trump sepenuhnya menyadari uang sogok, semakin sulit bagi Trump untuk mempertahankan posisinya.

Republikan memanas

Strategi Republikan untuk menanggapi Cohen sudah terlihat jelas sejak awal. Mereka ingin menggambarkan pria berumur 52 tahun itu sebagai pembohong yang perkataannya tidak bisa dipercaya.

Mereka kurang peduli untuk membantah tuduhan individu, seperti tentang Trump Tower, transaksi bisnis dengan Rusia, pembayaran uang sogok, atau WikiLeaks.

Para Republikan lebih fokus berupaya untuk mengabaikan kesaksian Cohen, menyatakan omongannya sebagai karya seorang pembohong yang digunakan oleh musuh Trump untuk tujuan politik.

Anggota Kongres Paul Gosar bahkan mengangkat papan besar bergambar wajah Cohen yang bertuliskan 'Liar, Liar, Pants on Fire!'.

Cohen telah mencoba untuk menangkis kecaman terhadapnya dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengklaim setelah melihat kinerja Trump sebagai presiden, dia sadar bahwa dukungannya terhadap mantan kliennya itu telah berdampak negatif bagi banyak pihak.

Sebuah upaya membalas kecaman yang lebih efektif adalah ketika Cohen mencoba untuk menjadikan dirinya sebagai sebuah peringatan, bahwa dia ingin memperbaiki kesalahan yang dia buat karena hidupnya telah hancur.

"Saya melindungi Trump selama 10 tahun," katanya kepada Kongres. "Semakin banyak orang yang mengikuti Trump seperti yang saya lakukan dulu akan menderita konsekuensi yang sama dengan yang saya derita sekarang."

Dia menyebut dirinya sebagai contoh sempurna dari apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan.

Trump memantau dari Hanoi

Setelah makan malam dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam hari pertama KTT AS-Korea Utara, Trump kembali ke kamar hotelnya untuk meninjau media terkait kesaksian Cohen.

Media AS, termasuk media favoritnya, Fox News, memberikan sorotan utama bagi berita liputan kesaksian mantan pengacaranya. KTT kedua AS-Korea Utara yang sangat Trump banggakan justru dijadikan berita sekunder.

Cohen telah memberikan sejumlah topik kepada Demokrat dalam Komite Pengawasan dan Reformasi yang dapat ditindaklanjuti dalam dengar pendapat dan penyelidikan lebih lanjut.

Sebagian dari kesaksian Cohen, suatu hari nanti, kemungkinan dapat dikutip oleh Demokrat sebagai bukti untuk sidang pemakzulan Trump.

Selain itu Cohen mengisyaratkan masih ada potensi kesalahan dan ilegalitas lainnya yang diperbuat Trump.

Pengakuan Michael D'Antonio

Dalam kesaksiannya Cohen juga mengungkapkan bahwa Trump memerintahkannya untuk mengancam sekitar 500 orang selama 10 tahun terakhir.

Michael D'Antonio mengungkapkan pengalamannya sebagai salah satu korban teror Cohen.

Penulis buku "Never Enough: Donald Trump and the Pursuit of Success" itu sempat merasa spesial ketika Cohen meneleponnya dan meneror akan menggugatnya.

"Sekarang, berkat kesaksian Cohen di hadapan Kongres, saya tidak lagi merasa spesial. Diminta memperkirakan berapa banyak orang yang Trump minta untuk diintimidasi, Cohen menduga sebanyak 500 orang atau lebih," jelas D'Antonio.

Teror dari Cohen datang pada 2015 ketika D'Antonio sedang menyelesaikan biografi Trump.

Sebelumnya, Trump pernah mengatakan kepada D'Antonio bahwa dia berencana untuk mencalonkan diri sebagai Presiden AS.

"Telepon itu membuat saya yakin dia benar-benar akan melakukannya karena Cohen sangat khawatir akan tulisan saya tentang Trump. Dia khawatir saya akan mengungkapkan fakta-fakta buruk tentang masa lalu Trump, termasuk kebangkrutannya dan pengkhianatannya atas istri-istrinya," kata dia.

Ketika orang lain yang D'Antonio wawancarai memberi tahu Trump tentang minatnya untuk mencari kebenaran, sang presiden menyuruh Cohen untuk membungkam mulut D'Antonio.

Di awal perbincangan telepon, D'Antonio mengaku kesal dengan nada keras Cohen. Tetapi mereka terus berbicara hingga akhirnya Cohen tertawa ketika mendengar judul bukunya yang diawali dengan kata-kata "Never Enough". (BBC dan CNN)

Berita Lainnya
×
tekid