sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Polemik rumah bordil boneka di Eropa

Bagi penyuka boneka seks atau agalmatophilia, pembukaan rumah bordil di Eropa adalah berkah. Sementara feminis menganggap ini pelecehan.

Dika Hendra
Dika Hendra Selasa, 20 Mar 2018 13:16 WIB
Polemik rumah bordil boneka di Eropa

Pada 29 Januari 2018 lalu telah dibuka rumah bordil dengan layanan boneka seks di Paris. Orang yang ingin menikmati jasa layanan tersebut diwajibkan membayar 89 euro atau setara Rp1,5 juta selama satu jam.

Saat ini, Xdolls menjadi salah satu pengusaha pusat mainan yang memperoleh izin produksi boneka seks. Namun para penentangnya menganggap lokasi Xdolls sama saja dengan rumah bordil. Sementara hukum di Prancis sendiri tegas melarang pengelolaan prostitusi yang dilokalisir.

Xdolls bertempat di sebuah apartemen di ibu kota Prancis dengan klien yang umumnya adalah lelaki. Banyak juga pasangan suami dan istri yang datang ke lokasi itu. Bisnis ini dimiliki Joachim Lousquy, pengusaha yang pernah memiliki toko rokok elektrik.

Xdolls memiliki tiga ruangan, masing-masing dilengkapi dengan boneka seks silicon dengan ukuran 1,45 meter. Pelanggan bisa memesan dan membayar secara online. Alamat mereka juga akan tetap dirahasiakan.

Namun, prostitusi boneka seks itu menuai kontroversi. Anggota dewan kota dari Partai Komunis, Nicolas Bonnet Oulaldj mempermasalahkan prostitusi jenis tersebut. Dia menuding dewan kota Paris harus bertanggung jawab atas kasus rumah bordil boneka.

“Xdolls merendahkan citra perempuan,” kata Oulaldj dilansir Le Parisien. Dia juga meminta agar prostitusi boneka seks itu dilarang karena beroperasi seperti tempat pelacuran.

Namun, tudingan itu langsung dibatah Lousquy. Dia mengungkapkan boneka itu adalah boneka seks. “Saya tidak melihat boneka seks itu merendahkan perempuan,” ungkapnya.

Kemudian, Lorraine Questiaux, pengacara dari asosiasi feminis Paris mengungkapkan, setiap tahun sebanyak 86.000 orang diperkosa di Prancis. “Xdolls bukan boneka seks. Itu tempat di mana kamu memperkosa perempuan,” ucapnya. Dia meminta tempat prostitusi itu agar ditutup.

Sponsored

Sementara itu, beberapa pekan lalu, Inggris juga telah membuka rumah bordil boneka seks. Manajemen usaha ini menawarkan kebijakan bagi para agalmatophilia atau orang yang punya kecenderungan seks dengan boneka atau maneken. Klien tersebut bisa mencoba terlebih dahulu sebelum membeli jasanya.

Animo terhadap boneka seks kian meningkat. Tak hanya di Inggris dan Perancis, Spanyol pun membuka rumah bordil berisi boneka seks.

Rumah bordil itu bernama LumiDoll, dilengkapi lima orang pegawai, yang terdiri atas satu resepsionis, dan empat buah boneka seks. Menurut situs Broadly, dikutip dari Men's Health, Selasa (14/3), rumah bordil jenis ini adalah yang pertama di benua Eropa.

Boneka seks yang 'dipekerjakan' oleh LumiDolls juga disematkan nama-nama tertentu seperti Katy, Aki, Leiza, dan Lili. Fantasi tanpa batas bersama boneka seks menjadi jualan utama yang diusung rumah bordil di Negeri Matador ini. Sebab, laiknya perempuan pada umumnya, mereka memiliki area untuk seks oral, vaginal, dan anal.

Usai digunakan, boneka tersebut akan rutin disterilisasi dengan sabun antiseptik khusus. Namun demi isu kesehatan, pengguna layanan diminta tetap menggunakan kondom.

Boneka di rumah bordil ini juga bisa didandani di sebuah ruangan khusus, sesuai selera pelanggan. Di ruangan itu, pelanggan bisa menyaksikan film dewasa atau mendengarkan musik sambil berhubungan seks dengan boneka pilihan mereka. Tiap jam berhubungan, mereka perlu merogoh kocek sekitar Rp 1,5 juta.

Hal senada juga berlaku di Amsterdam, sebuah rumah bordil juga dibuka di distrik lampu merah kota. Pihak manajemen memasang tarif sekitar US$ 37 per hari untuk satu boneka.

Menurut juru bicara rumah bordil Amsterdam,Thijs Verheij, seperti dikutip Washington Post, pembukaan rumah bordil yang dihelat meriah ini untuk menakar, apakah dunia sudah siap berhubungan seks dengan boneka. Mereka yang telah mencoba boneka seks itu diminta berbagi pengalaman, sembari menceritakan kesan mencoba boneka dibanding manusia nyata.

Verheij juga menuturkan, "Para ilmuwan dalam 30 tahun memprediksi akan sangat normal berhubungan seks dengan boneka atau robot." Sebab, lanjutnya, ada survei di Jerman di mana mereka lebih memilih boneka seks ketimbang manusia. Bahkan 20 orang responden di antaranya jatuh cinta pada boneka itu

Bahkan di rumah bordil Kontakthof, Wina, Australia, ada boneka seks yang sangat digemari bernama "Fanny". Sejak itu, boneka seks telah menjadi sebuah fenomena yang menggila. Itu juga meluas hingga ke Amerika.

Setelah sebelumnya di Jepang, fenomena ini sudah menjadi tren umum, ketika publik lebih senang berhubungan seks dengan boneka. Dengan dalih tak ingin mengkhianati pasangan, mereka menyambangi rumah bordil boneka yang menjamur di sudut-sudut kota.

Bahkan pada Juni 2016 lalu publik dihebohkan dengan berita kakek di Jepang bernama Senji nakajima, yang meninggalkan anak istrinya. Sebab, ia lebih memilih tinggal di apartemennya di Tokyo bersama boneka seks yang ia beri nama Saori.

Dilansir dari website maxim.com, industri boneka seks di Jepang juga bergeliat pesat. Suatu perusahaan bernama Orient Indsutry melayani pembuatan boneka berukuran manusia dan pembeli bisa memesan sesuai keinginannya dengan harga US$10 ribu, atau Rp131 juta.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid