sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Prancis mulai adili tersangka teror Paris 2015

Serangan teror di Paris pada 2015 meninggalkan duka mendalam.

Michael Jason Saputra
Michael Jason Saputra Rabu, 08 Sep 2021 17:51 WIB
Prancis mulai adili tersangka teror Paris 2015

Pengadilan terhadap 20 tersangka kasus serangan teror di Paris pada Jumat, 13 November 2015, dimulai di Palais de Justice, Paris, Prancis pada Rabu (8/9). Selama sembilan bulan ke depan hingga Mei 2022, 300 saksi direncanakan akan dihadirkan di pengadilan ini.

Serangan teror di Paris pada 2015 lalu meninggalkan duka mendalam. Serangan terjadi di teater Bataclan, stadion Stade de France, dan arondisemen ke-10 dan ke-11 Paris. Serangan yang melibatkan sembilan penembak dan pengebom bunuh diri tersebut mengakibatkan 130 korban meninggal dan 350 korban terluka.

Ada 14 tersangka akan diadili secara langsung, sedangkan sisanya diadili in absentia (tanpa kehadiran). Salah satu tersangka yang akan diadili dalam proses peradilan ini adalah Salah Abdeslam, satu-satunya pelaku teror yang masih hidup.

Dilansir oleh France24, Salah lahir di Belgia tetapi memegang identitas kewarganegaraan Prancis dan Maroko. Ia dilaporkan sempat kabur setelah meninggalkan sabuk bom bunuh dirinya yang tidak bekerja. Empat bulan kemudian, Salah ditangkap di Brussel, Belgia. Hukumannya jika terbukti bersalah? Hukuman penjara seumur hidup.

“Kami sedang memasuki sesuatu yang tidak kita ketahui,” kata Arthur De Nouveaux, Presiden Asosiasi Life for Paris dan salah satu korban selamat serangan tersebut. “Kami sangat menantikan peradilan dimulai. Namun kami juga bertanya-tanya: Apa yang akan terjadi selama sembilan bulan ke depan?”

Sejauh ini, Salah dikabarkan menolak untuk bekerja sama dengan para penyelidik Prancis dan Belgia, termasuk dalam sebuah peradilan terpisah pada 2018. Pada Maret 2016, ia ditangkap di Molenbeek, Brussel, Belgia dalam sebuah serangan gabungan polisi Prancis dan Belgia. Kakaknya, Brahim Abdeslam tewas dalam serangan November 2015.

Sementara sahabatnya yang diduga mengoordinasikan serangan tersebut, Abdelhamid Abaaoud tewas dalam sebuah serangan oleh polisi Prancis di Saint-Denis 5 hari sesudah kejadian nahas di Paris itu.

Sementara itu, Michael Dantinne, profesor kriminologi Universitas Liege menyebut peradilan ini sebagai “langkah yang penting bagi para korban”.

“Peradilan ini merupakan langkah yang sangat penting bagi para korban, mereka yang terluka, dan mereka yang kehilangan anggota keluarga mereka,” ujarnya pada France24.

Sponsored

“Tetapi, kita juga harus mengingat bahwa ini hanya satu langkah dari proses pemulihan para korban.,” tambah Dantinne. “(Peradilan) ini tidak memiliki efek ajaib. Mereka (para korban) juga seharusnya tidak memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, karena semua akan bergantung juga pada perilaku para tersangka, apa yang akan mereka katakan. Ini juga sangat penting untuk mereka.”

Sebanyak 145 sesi peradilan direncanakan akan digelar dalam proses hukum ini, melibatkan kurang lebih 1.800 penggugat dan 350 pengacara, kebanyakan mewakili para korban dan mereka yang selamat dari kejadian teror mengerikan tersebut. Jika peradilan berjalan sesuai dengan jadwal yang telah dirancang, dakwaan akan dijatuhkan paling cepat pada 24 atau 25 Mei 2022 mendatang.

Berita Lainnya
×
tekid