Apakah perbedaan usia yang jauh bisa menyebabkan perceraian?
Kabar keretakan rumah tangga pasangan penyanyi Raisa Andriana dan aktor kelahiran Australia Hamish Daud Wyllie mengemukan, usai Raisa mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Belum diketahui penyebab retaknya rumah tangga pasangan selebritas yang dijuluki couple goals itu. Namun, perbedaan usia yang jauh, 10 tahun, bisa jadi pemicu gonjang-ganjing pernikahan yang sudah dibina sejak 2017 tersebut.
Dalam siniar TS Talk di kanal Youtube TS Media pada 2022, Hamish yang jadi bintang tamu mengakui adanya perbedaan generasi antara dia dan Raisa. Misalnya, dia mengatakan, terkadang jokes yang diucapkan sering tak dipahami Raisa.
Namun, apa benar perbedaan usia yang sangat jauh bisa menyebabkan perceraian?
Penelitian yang terbit di jurnal Personal Relationships akhir 2024 lalu, tim peneliti yang dipimpin Jaroslav Gottfried dari Masaryk University di Republik Ceko menganalisis data 35.996 pasangan yang dikumpulkan dari 28 negara Eropa dan Israel.
Analisis statistik yang dilakukan para peneliti mengungkap, rentang usia yang diinginkan di awal hubungan baru bergantung pada jenis kelamin dan usia pasangan saat itu.
Pada usia 25 tahun, rata-rata pria biasanya berpasangan dengan perempuan yang 3 tahun lebih muda, atau sekitar 22 tahun. Sebaliknya, rata-rata perempuan berusia 25 tahun biasanya berpasangan dengan pria yang 3 tahun lebih tua, atau sekitar 28 tahun.
Model statistik menunjukkan, semakin bertambah usia seorang pria, semakin besar pula perbedaan usia yang diinginkannya dengan pasangan di awal hubungan romantis yang baru. Secara spesifik, setiap kenaikan 5 tahun pada pria, selisih usia yang diinginkan dengan pasangan bertambah sekitar 1 tahun.
Pola serupa juga terlihat pada perempuan, meski efeknya tak sekuat pada pria dan baru tampak setelah usia 25 tahun. Rata-rata, setiap kenaikan usia 10 tahun pada perempuan, perbedaan usia yang diinginkan dengan pasangan bertambang sekitar 1 tahun.
“Dengan kata lain, di usia muda, perempuan umumnya lebih menyukai pasangan yang sedikit lebih tua,” tulis profesor metode penelitian psikologi di Medical School Hamburg, Sebastian Ocklenburg di Psychology Today.
“Namun, seiring bertambahnya usia, preferensi tersebut bergeser. Mereka semakin menyukai pasangan yang sebaya.”
Penelitian lain yang terbit di jurnal Sexual and Relationship Therapy pada April 2025 menganalisis data dari 126 relawan. Semua relawan punya kesenjangan usia setidaknya 7 tahun. Para peneliti menggunakan model statistik canggih untuk menganalisis data dan menemukan sejumlah pola menarik terkait kepuasan dalam hubungan.
Hasilnya, pria heteroseksual yang berkencan dengan perempuan setidaknya 7 tahun lebih muda cenderung punya tingkat kepuasan hubungan yang jauh lebih tinggi.
“Menariknya, tidak ada efek seperti itu ditemukan pada perempuan, yang menunjukkan mereka dapat sama puasnya dalam hubungan dengan pasangan yang jauh lebih muda atau jauh lebih tua,” tulis Sebastian Ocklenburg dalam Psychology Today.
Di sisi lain, penelitian yang dilakukan Andrew Francis-Tan dari National University of Singapore dan Hugo M. Mialon dari Emory University yang terbit di jurnal Social Science Research Network pada 2014 mengumpulkan data yang bersumber lebih dari 3.000 orang di Amerika Serikat, yang semuanya telah menikah atau bercerai sejak 2008.
Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan pendapatan, keyakinan agama, waktu yang dihabiskan untuk berkencan sebelum menikah, ukuran cincin pertunangan, daya tarik pasangan, dan biaya pernikahan untuk menentukan faktor-faktor yang bsia menyebabkan pernikahan bubar.
Lalu, co-founder Wyrd Studios dan asisten peneliti pascasarjana ilmu komputer di Michigan State University, Randal S. Olson menganalisis data mentah dari penelitian tadi, dan menemukan perbedaan usia yang lebih besar terkait dengan tingkat perceraian yang lebih tinggi.
Dia menemukan, secara statistik selisih usia lima tahun berarti 18% lebih mungkin bercerai—dibandingkan hanya 3% dengan selisih usia 1 tahun. Angka itu meningkat menjadi 38% untuk selisih usia 10 tahun dan 95% untuk selisih usia 20 tahun.
“Pasangan dari generasi yang berbeda mungkin memiliki acuan budaya dan nilai yang berbeda, selera musik dan film yang sangat bertolak belakang, bahkan teman, dan juga pendekatan yang berbeda terhadap kehidupan seks mereka,” ujar psikoterapis Baverly Hills, Fran Walfish, dikutip dari Mamamia.
Sementara itu, psikoterapis Melinda DeSeta dalam Psychology Today menulis, gaya hidup, kehidupan seks, dan kesabaran menjadi tantangan pasangan yang punya perbedaan usia cukup jauh.
Perbedaan gaya hidup bisa muncul dalam hal selera musik, film, hingga referensi budaya. “Kuncinya adalah rasa saling menghormati dan komunikasi yang terbuka, agar keduanya dapat menemukan keseimbangan bersama,” kata DeSeta.
Setiap hubungan jangka panjang, kata DeSeta, akan menghadapi perbedaan libido. Perbedaan usia dapat memperkuat tantangan ini—baik dalam hal dorongan seksual, hormon, maupun kebutuhan emosional. Secara umum, ujar DeSeta, pria biasanya mencapai puncak gairah seksualnya di usia 20-an, saat kadar testosteron berada di titik tertinggi. Sedankgan perempuan cenderung mencapai puncaknya di usia 30-an hingga 40-an.
“Memahami perbedaan alami ini dapat membantu pasangan lebih selaras dalam kebutuhan dan ekspektasi,” tutur DeSeta.
Selanjutnya, hubungan dengan perbedaan usia tak akan bertahan tanpa kesabaran. “Menjalin hubungan dengan seseorang yang berada di fase kehidupan berbeda berarti Anda mungkin sedang menghadapi sesuatu untuk pertama kalinya, sedangkan pasangan Anda sudah pernah melewatinya,” tulis DeSeta.
“Belajarlah untuk saling bersabar dan menghargai pengalaman masing-masing.”


